• Skip to primary navigation
  • Skip to main content
  • Skip to primary sidebar

PosBagus

PosBagus Tagline

  • Facebook
  • Twitter
  • Whatsapp
  • Line
  • Arti Nama
  • Inspirasi
  • Tokoh
  • Lucu
  • Wisata
  • Kuliner
  • Wanita
» Tokoh

Biografi WR Supratman, Pencipta Lagu Indonesia Raya yang Pernah Menjadi Buronan

Bagikan:
  • Facebook
  • Twitter
  • Whatsapp
  • Line
Biografi WR Supratman - Uang 50.000 Tahun 1999
Sumber: Wikimedia Commons

Setiap orang Indonesia tentu mengetahui lagu Indonesia Raya. Namun, tak banyak orang yang mengetahui tentang kehidupan sang pencipta lagu. Kalau kamu termasuk seseorang yang ingin mengenal sosok WR Supratman lebih dekat, coba baca biografi yang sudah kami siapkan di bawah ini!

Profil WR Supratman
Nama
Wage Rudolf Supratman
Tempat, Tanggal Lahir
Purworejo, 19 Maret 1903
Meninggal
Rabu Wage, 17 Agustus 1938
Warga Negara
Indonesia
Orang Tua
Djoemeno Senen Sastrosoehardjo (Ayah), Siti Senen (Ibu)

Pahlawan yang memperjuangkan kemerdekaan itu tidak selalu tentang seseorang yang melawan penjajah dengan cara mengangkat senjata. Ada juga pahlawan yang berjuang melalui musik, seperti WR Supratman. Melalui biografi WR Supratman di artikel ini, Anda dapat mengenal sosok komposer lagu Indonesia Raya ini lebih dekat.

Meskipun sering mendengar nama WR Supratman, Anda mungkin tidak mengetahui kalau WR itu merupakan singkatan dari Wage Rudolf. Sebuah nama yang tidak biasa bagi seseorang yang tidak memiliki darah Eropa sama sekali.

Nama Rudolf itu rupanya ditambahkan oleh kakak iparnya yang keturunan Eropa agar Wage bisa menempuh pendidikan di sekolah khusus anak-anak keturunan Belanda. Kakak iparnya itu juga yang mengenalkan dan menumbuhkan rasa cintanya pada musik.

Lalu apa sajakah kejadian yang dilewati oleh Wage Rudolf Supratman hingga akhirnya ia menciptakan lagu-lagu kebangsaan yang sering dinyanyikan pada setiap upacara kebangsaan? Cek ulasannya tentang biografi WR Supratman yang sudah kami siapkan di bawah ini!

Kehidupan Pribadi

Biografi WR Supratman - WR Supratman dan Dua Adik Perempuannya WR Supratman (kanan) dan dua adik perempuannya
Sumber: Wikimedia Commons

Sebelum membicarakan tentang jasa-jasa WR Supratman untuk Indonesia dalam biografi-nya, akan lebih baik jika Anda mengenal sosoknya terlebih dahulu. Salah satunya adalah dengan mengenal kehidupan sejak ia masih kecil, pendidikan yang diambilnya, hingga rasa cintanya pada musik.

1. Masa Kecil

WR Supratman merupakan putra dari pasangan Djoemeno Senen Sastrosoehardjo dan Siti Senen. Ayahnya merupakan sersan di KNIL (Kesatuan Tentara Hindia Belanda).

Awalnya, WR Supratman hanya diberi nama Wage oleh kedua orangtuanya. Nama tersebut diberikan karena ia lahir pada hari Kamis Wage, 19 Maret 1903. Wage sendiri merupakan sistem pancawara atau pasaran dalam bahasa Jawa selain Legi, Pahing, Pon, dan Kliwon.

Beberapa hari kemudian, sang ayah menambahkan nama belakang Supratman pada anak laki-laki tunggalnya itu. Selain Wage, Djoemeno juga memiliki lima anak perempuan.

Ketika Wage Rudolf Supratman berusia enam tahun, sang ibunda meninggal dunia karena sakit. Tak hanya merasa sedih karena ditinggal Siti Senen, sang ayah pun kesulitan untuk membiayai kehidupan keenam anaknya.

Pada tahun 1914, kakak tertua Wage yang bernama Roekiyem Soepratiyah menikah dengan seorang pria Belanda bernama Willem van Eldik. Ketika Roekiyem diboyong oleh suaminya ke Makassar, ia pun membawa serta dan mengangkat Wage sebagai anaknya.

2. Masa Sekolah

Sebagai satu-satunya anak lelaki di keluarganya, Wage Rudolf Supratman menjadi anak emas. Ia pun menjadi harapan besar untuk mengangkat martabat keluarga. Sehingga ia pun diharapkan dapat bersekolah hingga ke jenjang yang tinggi.

Agar Wage bisa menempuh pendidikan di sekolah yang lebih baik daripada kakak-kakaknya, ia diberi nama tengah Rudolf. Alasannya adalah karena Europese Lagere School (ELS) hanya menerima anak-anak keturunan Belanda dan Eropa saja, sehingga penambahan nama tengah itu diharapkan dapat menaikkan status Wage menjadi sama seperti anak-anak tersebut.

Sayangnya, setelah belajar di ELS selama beberapa bulan, WR Supratman ketahuan kalau bukan anak kandung Willem dan Roekiyem. Oleh karena itu, pihak ELS pun mengeluarkannya dari sekolah.

Meskipun dikeluarkan dari ELS, Wage masih memiliki semangat belajar yang tinggi. Ia melanjutkan pendidikannya di sekolah anak melayu bernama 2 Inlandsche School (Sekolah Dasar Angka Dua) di Makassar dan lulus secara resmi pada tahun 1917.

Setelah lulus, ia kembali melanjutkan pendidikan dengan mengambil kursus bahasa Belanda. Wage berhasil menyelesaikan kursus tersebut hanya dalam 2 tahun saja dan lulus dari ujian KAE (Klein Ambtenaar Examen) atau Pegawai Rendah.

Dengan semangat belajarnya yang masih menggebu dan bekal bahasa Belanda yang sudah dikuasainya, Wage kembali melanjutkan pendidikannya ke Normaal School, sebuah sekolah keguruan.

3. Mulai Berkenalan dengan Musik

Selama tinggal di Makassar bersama kakaknya, Wage mulai berkenalan dengan musik. Semua itu berawal dari kegemaran Rukiyem dan suaminya mendengarkan dan memainkan alat musik. Tak hanya itu, mereka juga sangat menyukai dan sering menyaksikan sandiwara di Makassar.

Pada ulang tahunnya yang 17, Wage pun mendapatkan hadiah biola pertama dari sang kakak ipar. Melihat bakat Wage dalam bidang musik, Van Eldik mengajaknya untuk bergabung dalam band beraliran jazz benama Black & White.

Setiap malam mereka selalu tampil di gedung Soecieteit di Makassar. Ketenaran band jazz ini membuat Wage dan teman-temannya kewalahan menerima job. Tak hanya itu, penampilannya yang memukau membuat banyak perempuan-perempuan muda mengidolakan Wage Rudolf Supratman.

Baca juga: Biografi Mahatma Gandhi, Sang Empunya Jiwa Agung yang Cinta Damai

Tentang Lagu Indonesia Raya Karya WR Supratman

Biografi WR Supratman - Partitur Lagu Indonesia Raya di Koran Sinpo Sumber: Wikimedia Commons

Biografi WR Supratman tak akan lengkap jika tidak membicarakan proses pembuatan Indonesia Raya. Apalagi lagu tersebut kini menjadi lagu wajib yang selalu dinyanyikan bersamaan dengan proses pengibaran bendera merah putih pada setiap upacara kebangsaan.

Lalu bagaimana perjalanan lagu Indonesia Raya hingga menjadi lagu nasional yang wajib dinyanyikan di setiap upacara seperti sekarang ini? Simak penjelasan yang sudah kami siapkan di biografi WR Supratman ini.

1. Proses Penciptaan Lagu Indonesia Raya

Ketika masih tinggal di Jakarta, WR Supratman melihat sebuah artikel yang terdapat dalam majalah Timboel. Artikel tersebut mencari pencipta lagu yang bisa membuat lagu kebangsaan Indonesia untuk membantu membangkitkan semangat juang rakyat.

Wage merasa kalau artikel tersebut adalah panggilan untuknya. Ia lalu menjawab tantangan tersebut dengan membuat lagu yang berjudul Indonesia, Indonesia, Merdeka, Merdeka. Judul tersebut menjadi salah satu alasan ia dikejar oleh polisi Hindia Belanda, sehingga judulnya akhirnya diubah menjadi Indonesia Raya.

Saat diinterogasi oleh pihak Hindia Belanda, Supratman mengelak kalau lirik aslinya menggunakan kata merdeka. Ia menyebutkan kalau aslinya ia menggunakan kata mulia, tapi liriknya diganti menjadi merdeka oleh para pemuda.

2. Proses Perkenalan Lagu Indonesia Raya

Lagu Indonesia Raya ini sebenarnya sudah selesai dibuat pada tahun 1926 dan Wage hampir membawakannya ketika Kongres Pemuda I diadakan tanggal 30 April hingga 2 Mei 1926. Namun, karena Wage merasa kurang percaya diri untuk memainkan lagu Indonesia Raya itu, ia pun mengurungkan niat tersebut.

Pada malam penutupan Kongres Pemuda II di Gedung Indonesische Clubgebow, Wage mendatangi ketua kongres, Soegondo Djojopoespito, untuk minta diberi kesempatan untuk membawakan lagu ciptaannya. Karena pada liriknya terdapat kata “Indonesia, merdeka”, Soegondo khawatir polisi Hindia Belanda akan membubarkan kongres tersebut. Akhirnya Supratman pun mengusulkan untuk memainkan lagu ciptaannya itu menggunakan instrumen biola saja.

Ketika WR Supratman memainkan biolanya, suasana di ruangan kongres itu pun langsung sunyi senyap. Semua orang yang hadir seolah terpaku akan pesona gesekan biola menggetarkan hati yang dimainkan oleh Wage.

Satu tahun kemudian, Wage dihubungi oleh Firma Tio Tek Hong untuk merekam lagu Indonesia Raya dalam format piringan hitam. Sayangnya, rencana itu tidak dapat berjalan dengan lancar karena pemerintah Hindia Belanda langsung melarang lagu tersebut diperdengarkan di mana pun.

3. Proses Peresmian Lagu Indonesia Raya sebagai Lagu Kebangsaan

Sepeninggalnya WR Supratman, banyak orang mengubah lirik lagu Indonesia Raya. Bahkan, sampai muncul ketidakseragaman dalam menyanyikan lagu Indonesia Raya dalam setiap upacara.

Oleh karena itu, pada tanggal 16 November 1948, Pemerintah Republik Indonesia membentuk Panitia Indonesia Raya dengan Penetapan Presiden No.28 tahun 1948. Panitia tersebut bertugas untuk membuat aturan tata cara menyanyikan Indonesia Raya dalam upacara resmi ataupun tidak.

Setelah menyusun selama sepuluh tahun lamanya, Pemerintah Indonesia akhirnya menetapkan Peraturan Pemerintah No.44 tahun 1958 dan Lembaran Negara No.72 tahun 1958 tentang Lagu Kebangsaan Indonesia Raya. Liriknya pun ditentukan sama seperti yang sering dinyanyikan sekarang.

Awalnya, lagu yang memiliki tiga stanza ini hanya dinyanyikan stanza pertamanya saja saat upacara. Namun, sejak bulan Juli 2017, pemerintah Indonesia menerapkan kebijakan agar warga Indonesia menyanyikan ketiga stanza dalam lagu Indonesia Raya pada upacara tertentu.

Baca juga: Biografi Bob Sadino, Sosok Pengusaha Nyentrik yang Selalu Memakai Baju Lengan Pendek dan Celana Pendek

Perjalanan Karier

Biografi WR Supratman - Patung WR Supratman di Dalam Museum Sumber: Instagram – historicalpedia

Karena lebih dikenal sebagai seorang pencipta lagu Indonesia Raya, Anda mungkin mengira kalau perjalanan karier WR Supratman akan berkaitan dengan musik. Namun, faktanya tidak seperti itu. Kalau tidak percaya, simak perjalanan karier WR Supratman di biografi-nya ini.

Setelah lulus dari sekolah keguruan Normaal School, Wage sempat dipindah ke Kota Singkang untuk mengajar di sebuah sekolah. Namun, karena keamanan di Kota Singkang tidak terjamin, Wage memaksakan diri untuk pindah ke Makassar. Namun, setelah pindah ke Makassar, ia harus melepaskan pekerjaannya sebagai guru.

Wage kemudian bekerja di Firma Nedem dan menjabat sebagai klerk atau pramuniaga. Namun rupanya, pekerjaannya ini pun tidak berlangsung lama.

Tak berapa lama, Wage pindah pekerjaan sebagai pegawai di kantor advokat milik rekan kakak iparnya. Sekali lagi, Wage keluar dari pekerjaannya itu setelah beberapa bulan bekerja. Saat itu, karena merindukan keluarganya yang ada di Jawa, ia pun pindah ke rumah kakak keduanya yang bernama Roekinah Soepratirah di Surabaya, Jawa Timur.

Setelah menemui kakaknya yang bekerja di kantor pelayaran itu, ia pindah ke Bandung, Jawa Barat untuk menemui ayahnya. Selama di Bandung, ia mencoba untuk melamar sebagai wartawan di sebuah surat kabar bernama Kaoem Moeda.

Setelah satu tahun bekerja di sana, salah satu teman Wage yang bernama Harun Harahap mengajaknya untuk mendirikan kantor berita baru di Jakarta dengan nama Alpena. Karena saat itu di Jakarta tengah diselimuti oleh semangat kepemudaan dan kebangkitan, jiwa nasionalisme WR Supratman pun mulai tumbuh. Ia berkenalan dengan tokoh-tokoh pergerakan nasional dan berusaha membantu mempersiapkan kemerdekaan Indonesia.

Sayangnya, saat itu surat kabar Alpena tempatnya bekerja harus ditutup. Wage pun kemudian pindah bekerja di surat kabar Sin Po. Di sana, tugasnya adalah meliput perkembangan rapat para pemuda terkait pergerakan nasional. Sehingga WR Supratman kemudian mulai aktif menghadiri  setiap kegiatan yang berkaitan dengan pergerakan nasional.

Selama bekerja di surat kabar Sin Po, Wage sering kali menerbitkan artikel yang terang-terangan menyudutkan pemerintah Hindia Belanda. Ia pun akhirnya masuk ke daftar buronan kepolisian Belanda.

Meskipun begitu, Wage masih terlihat tenang dan menyamar sebagai penjual buku bekas di Jakarta. Bahkan, lama kelamaan ia tak hanya berperan sebagai wartawan pencari berita, tapi juga menyumbangkan pemikiran dan pendapat untuk kemerdekaan Indonesia.

Baca juga: Biografi Frans Kaisiepo, Pahlawan Nasional di Lembar Uang 10.000 yang Menyatukan Papua dengan Indonesia

Akhir Hayat WR Supratman

Biografi WR Supratman - Makam Baru WR Supratman di Surabaya Sumber: Instagram – biolabangsaku

Setelah mengetahui masa muda dan perjuangan WR Supratman pada biografi ini, hal selanjutnya yang perlu Anda ketahui adalah akhir hayat sang pencipta lagu Indonesia Raya. Siapa tahu Anda ingin melakukan ziarah ke makam Wage Rudolf Supratman.

Meskipun WR Supratman sudah menciptakan lagu yang penuh dengan semangat kemerdekaan, tapi ia tidak pernah menikmati kemerdekaan yang telah ia cita-citakan itu. Pasalnya, tepat tujuh tahun sebelum Indonesia merdeka, Wage berpulang ke pangkuan Illahi.

Kejaran dari pihak kepolisian Belanda membuat Wage Rudolf Supratman harus sering berpindah tempat tinggal ke berbagai macam kota, termasuk Surabaya. Ketika berada di Kota Pahlawan itu, ia mengidap penyakit batuk yang cukup parah. Meskipun begitu, ia tetap berusaha memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.

Suatu hari, ketika Wage Rudolf Supratman tengah memimpin paduan suara yang disiarkan oleh NIROM (Nederlandsch-Indische Radio Omroep Maatschappij atau Maskapai Siaran Radio Hindia Belanda) di jalan Embong Malang, polisi menangkapnya. Ia pun dimasukkan ke dalam penjara Kalisosok.

Selama berada di dalam penjara, kesehatannya semakin menurun. Tepat pada hari Rabu Wage tanggal 17 Agustus 1938, WR Supratman meninggal dunia.

Sayangnya, tak banyak orang yang mengantarkan jenazah Wage Rudolf Supratman hingga ke pemakaman. Setidaknya, saat itu hanya ada sekitar empat puluh orang yang mengantarnya hingga ke liang lahat.

Wage Rudolf Supratman dimakamkan di Tempat Pemakaman Kapas Kampung di Jalan Kenjeran Surabaya. Pada tanggal 20 Mei 1953, jenazahnya dipindahkan ke Pemakaman di Jalan Tambak Segaran Wetan.

Kemudian, setelah ia diakui sebagai pahlawan nasional, pada tanggal 25 Oktober 1953 makamnya dipindahkan ke Jalan Kenjeran, Desa Rangkah, Kecamatan Tambaksari, Kota Surabaya, Provinsi Jawa Timur.

Baca juga: Biografi Sultan Ageng Tirtayasa, Pahlawan Nasional Asal Banten yang Dikudeta Putranya Sendiri

Karya-Karya WR Supratman

Biografi WR Supratman - Patung WR Supratman di Luar Museum Sumber: Instagram – saddamcahyo

Lagu karya WR Supratman yang paling terkenal adalah Indonesia Raya. Namun, tahukah Anda kalau rupanya lagu tersebut bukanlah satu-satunya karyanya.

Bahkan, selain menciptakan lagu-lagu dengan nilai kebangsaan, Wage juga sempat menerbitkan beberapa buku. Kalau ingin mengetahui beberapa karya WR Supratman selain lagu Indonesia Raya, kami sudah merangkumkan beberapa di biografi ini.

1. Lagu Ciptaan WR Supratman

Selain lagu Indonesia Raya, sebenarnya ada banyak sekali lagu-lagu yang diciptakan oleh WR Supratman. Beberapa di antaranya adalah:

• Indonesia Raya (1928),

• Indonesia Iboekoe (1928),

• Bendera Kita Merah Poetih (1928),

• Bangunlah Hai Kawan (1929),

• Raden Adjeng Kartini (1929),

• Mars Kepandoean Indonesia (1930),

• Di Timur Matahari (1931),

• Mars Parindra (Partai Indonesia Raya) (1937),

• Mars Surya Wirawan (1937),

• Matahari Terbit Agustus (1938),

• Selamat Tinggal (Belum selesai) 1938.

2. Buku Sastra Karya WR Supratman

Meskipun terkenal sebagai pencipta lagu, rupanya WR Supratman pernah menerbitkan buku. Salah satu karyanya yang berjudul Perawan Desa (1929) terinspirasi dari situasi pergerakan rakyat Indonesia yang tengah melawan penjajah. Karena Pemerintah Hindia Belanda khawatir kisah tersebut dapat memprovokasi masyarakat, buku karya WR Supratman itu pun ditarik dan dilarang beredar.

Meskipun begitu, Wage tidak menyerah begitu saja. Satu tahun kemudian, ia menerbitkan buku lain yang berjudul Dara Moeda, Kaoem Panatik (1930).

Baca juga: Biografi Ahmad Yani, Pahlawan Revolusi yang Cemerlang di Bidang Militer Sejak Muda

Kontroversi seputar WR Supratman

Biografi WR Supratman - Museum WR Supratman Sumber: Instagram – biolabangsaku

Setelah WR Supratman meninggal dunia, ada beberapa kontroversi yang muncul dan perlu dibicarakan di biografi ini. Kontroversi tersebut tak hanya seputar kehidupan pribadinya, tapi juga karya besar yang ia buat.

1. Tanggal Lahir

Pada masa pemerintahan Megawati Soekarnoputri, pemerintah Indonesia menetapkan tanggal 9 Maret sebagai Hari Musik Nasional. Alasannya adalah tanggal tersebut bertepatan dengan hari ulang tahun WR Supratman.

Akan tetapi, muncul kebingungan ketika sejarah mencatatkan kalau WR Supratman lahir pada tanggal 19 Maret 1903 di Meester Cornelis. Apalagi, tanggal 9 dan 19 Maret pada tahun 1903 rupanya sama-sama jatuh pada pasaran Wage, sesuai dengan pasaran kelahiran WR Supratman.

Setelah melalui penelitian dan wawancara dengan kakak perempuan Wage Rudolf Supratman, akhirnya diketahui kalau tanggal lahirnya yang benar adalah 19 Maret 1903. Agar lebih resmi, pada tanggal 29 Maret 2007,  Pengadilan Negeri Purworejo menetapkan kalau WR Supratman lahir pada hari Kamis Wage, tanggal 19 Maret 1903.

2. Tempat Kelahiran

Selain kontroversi seputar tanggal lahir Wage, ada juga kontroversi seputar tempat kelahirannya. Karena beberapa buku sejarah menyebutkan kalau Wage Rudolf Supratman dilahirkan di Jakarta, sementara buku lainnya menyebutkan kalau tempat lahirnya di Surabaya.

Untungnya, salah satu kakak perempuannya yang bernama Roekijem Soepratijah memperjelas kebenarannya. Kepada Matumona, penulis buku biografi WR Supratman, Roekijem menyatakan kalau adiknya itu lahir di Desa Somongari, Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah.

Pengadilan Negeri Purworejo kemudian resmi menetapkan Desa Somongari sebagai tempat lahir WR Supratman. Apalagi, dokumen yang menyebutkan kalau Wage Rudolf Supratman lahir di Meester Cornelis, Jatinegara, Jakarta, itu tidak pernah ditemukan.

3. Tuduhan Menjiplak Lagu Lain

Bertahun-tahun setelah kematian WR Supratman, seorang seniman bernama Remy Sylado menyatakan kalau lagu Indonesia Raya merupakan jiplakan dari lagu Belanda berjudul Lekka Lekka Pinda Pinda. Remy menyatakan kalau lagu Belanda itu sudah diciptakan terlebih dahulu pada tahun 1600-an.

Namun, dugaan tersebut dibantah oleh pengamat musik bernama Kaye A Solapung. Menurut Kaye, Remy hanya mengulang tuduhan yang diberikan Amir Pasaribu pada tahun 1950-an.

Kaye pun membedah lagu Lekka Lekka Pinda Pinda kemudian menyatakan kalau satu-satunya persamaan lagu tersebut dengan Indonesia Raya adalah memiliki delapan ketukan. Kord dari kedua lagu tersebut jelas berbeda, sehingga Kaye menyimpulkan kalau lagu Indonesia Raya bukanlah jiplakan.

4. Keturunan WR Supratman

Pada bulan Juni 2019, mendadak ada banyak sekali pemberitaan yang menyebutkan tentang seorang penyanyi dan pencipta lagu asal Indonesia bernama Andrea Turk yang sukses di sebuah kompetisi musik di Inggris. Gadis yang berusia 18 tahun itu mengaku-aku sebagai cicit buyut dari WR Supratman.

Banyak orang langsung meragukan kebenaran tersebut, karena pada buku sejarah mana pun tidak ada yang menyebutkan kalau WR Supratman memiliki pasangan, apalagi anak. Lalu bagaimana bisa Andrea Putri Turk mengaku-aku sebagai cicit buyut dari Wage Rudolf Supratman?

Dario Turk, ayah dari Andrea pun meluruskan pemberitaan tersebut. Ia menyebutkan kalau sebenarnya putrinya itu bukanlah cicit buyut WR Supratman, tapi cicit buyut dari kakak WR Supratman yang bernama Ngadini Soepratini. Garis keturunan itu berasal dari ibu Andrea, Endang Turk yang merupakan cucu Ngadini.

Meskipun begitu, Dario menolak tuduhan kalau Andrea sudah berbohong. Karena menurutnya, ketika awal Andrea memulai kariernya sebagai penyanyi dan pembuat lagu, ia menyebutkan sebagai cicit dari keluarga WR Supratman. Medialah yang akhirnya membuat pemberitaan kalau Andrea adalah cicit langsung Wage.

Namun faktanya, pada sebuah postingan akun Instagramnya di tanggal 9 April 2019, Andrea menyebutkan kalau ia adalah cicit buyut WR Supratman.

Baca juga: Biodata Merry Riana, Sosok Wanita Sukses dalam Buku Mimpi Sejuta Dolar

Mengenang Jasa-Jasa WR Supratman Melalui Biografi-nya

Jadi bagaimana? Setelah membaca biografi WR Supratman di artikel ini, apakah Anda semakin mengenal sosok sang pencipta lagu Indonesia Raya? Apakah Anda semakin merasakan semangatnya dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia melalui musik?

Jika masih kurang terasa, coba simak pesan terakhir yang ditulis oleh Wage Rudolf Supratman sebelum ia meninggal dunia. Pesannya adalah, “Takdirku memang begini inilah yang diinginkan oleh pemerintah Hindia Belanda. Biarlah saya meninggal, Indonesia pasti merdeka.”

Kalau Anda ingin mencari biografi pahlawan-pahlawan atau orang terkenal selain WR Supratman, cek kanal Tokoh di website PosBagus.com ini. Di sini Anda bisa mendapatkan biografi Ahmad Yani, Sultan Ageng Tirtayasa, Frans Kaisiepo, Dewi Sartika, Maria Walanda Maramis, dan lain sebagainya.

← Biografi Buya Hamka, Sosok Sastrawan yang Jadi Ketua Pertama Majelis Ulama Indonesia
Biografi Mahatma Gandhi, Sang Empunya Jiwa Agung yang Cinta Damai →

TIM DALAM ARTIKEL INI

Penulis
Rizki Adinda

Rizki Adinda, S.Hum, adalah seorang penulis yang lebih banyak menulis kisah fiksi daripada non fiksi. Seorang lulusan Universitas Diponegoro yang banyak menghabiskan waktunya untuk membaca, menonton film, ngebucin Draco Malfoy, atau mendengarkan Mamamoo. Sebelumnya, perempuan yang mengklaim dirinya sebagai seorang Slytherin garis keras ini pernah bekerja sebagai seorang guru Bahasa Inggris untuk anak berusia dua sampai tujuh tahun dan sangat mencintai dunia anak-anak hingga sekarang.

Editor
Khonita Fitri

Seorang penulis dan editor lulusan Universitas Diponegoro jurusan Bahasa Inggris. Passion terbesarnya adalah mempelajari berbagai bahasa asing. Selain bahasa, ambivert yang memiliki prinsip hidup "When there is a will, there's a way" untuk menikmati "hidangan" yang disuguhkan kehidupan ini juga menyukai musik instrumental, buku, genre thriller, dan misteri.

Sidebar Utama

Artikel Terkait

Artikel Tokoh Top

  • Biografi Edwin Soeryadjaya, Anak Konglomerat Pendiri ASTRA International

  • Biografi Axton Salim, Pewaris Takhta Salim Group Generasi Ketiga

  • Biografi Prof Salim Said, Panelis ILC Mantan Dubes RI Berprestasi

  • Biodata dan Biografi Emil Salim, Mantan Menteri Lingkungan Hidup pada Orde Baru

  • Biografi John Riady, Pemegang Tonggak Kepemimpinan Lippo Karawaci

  • Biografi Andrie Wongso, Motivator yang Tak Lulus SD

  • Biografi Anthony Salim, Bos Mie Instan di Jajaran Orang Terkaya di Indonesia

  • Biografi Siti Oetari, Istri Pertama Soekarno yang Ternyata Nenek Maia Estianty

  • Biografi Sudono Salim, Pengusaha Taipan yang Dekat dengan Soeharto

  • Biografi Andrew Darwis, Pendiri Forum KASKUS yang Dikunjungi Jutaan Orang

  • Tentang Kami
  • Hubungi Kami
  • Persyaratan Penggunaan
  • Kebijakan Privasi

Copyright © 2023 PosBagus.com Praktis Media Network. All Rights Reserved.