• Skip to primary navigation
  • Skip to main content
  • Skip to primary sidebar

PosBagus

PosBagus Tagline

  • Facebook
  • Twitter
  • Whatsapp
  • Line
  • Arti Nama
  • Inspirasi
  • Tokoh
  • Lucu
  • Wisata
  • Kuliner
  • Wanita
» Tokoh

Biografi Ahmad Yani, Pahlawan Revolusi yang Cemerlang di Bidang Militer Sejak Muda

Bagikan:
  • Facebook
  • Twitter
  • Whatsapp
  • Line
Biografi Ahmad Yani - Letnan Jenderal Ahmad Yani
Sumber: wikipedia.org

Nama Ahmad Yani saat ini banyak digunakan sebagai nama jalan dan nama tempat di Indonesia. Namun, tahukah kamu, ternyata pria yang pernah menjabat sebagai Kepala Staf Angkatan Darat ini bukanlah orang sembarangan. Ia merupakan pahlawan revolusi karena telah menjadi korban dalam tragedi G30S PKI. Penasaran dengan kisahnya? Yuk, simak sejarah dan biografi Ahmad Yani di artikel ini!

Tentunya Anda pernah mendengar tentang sosok Ahmad Yani, bukan? Ya, namanya hampir selalu ada di buku pelajaran Sejarah anak-anak sekolah. Nah, jika ingin tahu lebih banyak tentangnya, berikut kami sajikan sejarah dan biografi Jenderal Ahmad Yani secara lengkap.

Di dalam buku pelajaran Sejarah, biasanya nama Ahmad Yani disebutkan dalam bab yang membahas tentang peristiwa G30S PKI. Bagaimana tidak, jenderal yang satu ini nyatanya memang menjadi salah satu korban keganasan PKI pada saat itu.

Namun, dengan membaca sejarah dan biografi Jenderal Ahmad Yani ini, Anda akan lebih mengetahui tentang kisah perjalanan hidup sang jenderal mulai dari kecil hingga meninggalnya. Tak hanya itu, ada banyak pelajaran juga yang bisa Anda ambil setelah membaca artikel ini.

Jadi, bagaimana? Apakah Anda tertarik untuk menyimak sejarah dan biografi Jenderal Ahmad Yani? Jika ya, tetap simak uraian berikut sampai selesai, ya. Selamat membaca!

Kehidupan Pribadi

Biografi Ahmad Yani - Ahmad Yani Muda Sumber: wikipedia.org

Sebagai orang yang terlahir di masa penjajahan Belanda, masa kecil sang jenderal memang terjal dan berliku. Namun, ia tetap bisa mengenyam pendidikan formal sampai ke tingkat SMA. Penasaran bagaimana ceritanya? Simak terus sejarah dan biografi Jenderal Ahmad Yani ini!

1. Masa Kecil dan Pendidikan Formal

Ahmad Yani lahir pada tanggal 19 Juni 1922 di Jenar, Purworejo, Jawa Tengah. Ayahnya, Sarjo bin Saharjo, dikenal penduduk dengan nama M. Wongsoredjo, dan ibunya bernama Murtini. Ia mempunyai dua orang adik yang bernama Asmi dan Asiha.

Sebenarnya, saat lahir, Ahmad Yani hanya diberi nama Achmat oleh orang tuanya. Sedangkan nama Yani di berikan oleh Hulstyn, orang Belanda yang menjadi majikan ayahnya. Ya, keluarga Wongsoredjo memang bekerja di pabrik gula yang dimiliki oleh Belanda.

Ahmad bersekolah di Hollands Inlandse School/HIS (sekolah di zaman Belanda yang setara SD) dengan bantuan Hulstyn di daerah Purworejo. Namun, sebelum selesai, ia pindah sekolah ke Magelang hingga akhirnya pindah lagi ke Bogor. Nah, di Kota Bogor itulah ia lulus HIS pada tahun 1935.

Selepas lulus HIS, Ahmad melanjutkan pendidikannya di Meer Uitgebreid Lagere Onderwijs/MULO (sekolah di zaman Belanda yang setara SMP) yang terletak di Bogor, dan lulus pada tahun 1938. Bukan sekadar lulus, saat itu Ahmad lulus dengan nilai terbaik. Hal tersebut pun memuluskan langkahnya untuk melanjutkan sekolah ke jenjang Algemeene Middelbare Scchool/AMS (sekolah di zaman Belanda yang setara SMA) di Jakarta.

Namun, ia tak sempat melanjutkan sekolahnya di AMS hingga rampung karena pecahnya Perang Dunia II. Negeri Belanda yang saat itu diduduki Jerman membuat wilayah pendudukan Belanda, termasuk Indonesia, ikut terancam perang. Oleh sebab itu, pada tahun 1940, Ahmad meninggalkan AMS dan mendaftarkan diri sebagai aspiran di Dinas Topografi Militer Belanda yang terletak di Malang, Jawa Timur.

Baca juga: Biografi Dewi Sartika, Sang Srikandi Pendidikan dari Priangan

2. Kisah Asmara dengan Sang Istri

Biografi Ahmad Yani - Ahmad Yani dan Yayuk Sumber: Instagram – revolusi_1965

Biografi Ahmad Yani ini tak hanya membahas tentang kehidupan dan kariernya, berikut juga ada kisah asmaranya dengan sang istri. Yani yang saat itu berusia 20 tahun, mengikuti kursus mengetik di Purworejo pada tahun 1942. Di tempat kursus itu, ia bertemu dengan seorang guru mengetik yang bernama Yayuk Ruliah Sutodiwiryo. Namun, saat itu hubungan cinta antara Yayuk dan Ahmad belum terjalin karena selang tak berapa lama, Ahmad menghilang begitu saja dan tak menghadiri tempat kursus selama dua bulan.

Mereka kembali bertemu dalam acara penyambutan para perwira remaja yang berasal dari Purworejo. Setelah itu, barulah mereka menjalin hubungan dan saling berkirim surat secara intens.

Ya, Ahmad dan Yayuk harus menjalani hubungan jarak jauh atau LDR karena karier ahmad di bidang militer mengharuskannya untuk berpindah-pindah tempat. Akan tetapi, jika jarak yang memisahkan mereka tak begitu jauh, Ahmad seringkali menyempatkan diri untuk bertemu dengan kekasihnya.

Saat sedang bertugas di Prembun, Kebumen, misalnya, ia rela mengayuh sepeda ontel dari Prembun ke Purworejo hanya untuk menemui Yayuk. Ya, jika ditempuh dengan kendaraan bermotor, waktu tempuhnya hanya sekitar 45 menit, tapi bagaimana jika naik ontel? Tentu akan lebih lama dan lebih melelahkan, bukan?

Namun, semua itu tak menjadi alasan bagi Ahmad untuk berhenti menemui Yayuk. Perjalanan cinta Ahmad dan Yayuk yang penuh liku pun berakhir bahagia dengan diselenggarakannya pernikahan mereka pada tanggal 5 Desember 1944.

Dari pernikahan Ahmad dan Yayuk, lahirlah enam orang putri dan dua orang putra. Kedelapan anak tersebut yaitu Amelia Achmad Yani, Elina Lilik Elastria, Widna Ani Andriani, Reni Ina Yuniati, Indria Ami Rulliati, Herlia Emmy Rudiati, Untung Mufreni, dan Irawan Sura Eddy.

3. Skandal Cinta dan Kabar Adanya Istri Kedua

Pada 1962, Jenderal Ahmad Yani yang menjabat sebagai Panglima Angkatan Darat pernah membuat peraturan yang melarang para prajurit Angkatan Darat memiliki istri kedua tanpa izin komandan dan istri pertamanya. Namun, peraturan ini rupanya tak disenangi beberapa orang yang berada di sekitar Soekarno. Jadi, Ahmad saat itu dipancing menggunakan perempuan muda nan cantik.

Rupanya strategi tersebut berhasil, dan Ahmad pun mulai menjalin kasih dengan perempuan yang disebut-sebut masih berstatus pelajar SMA. Tak berselang lama, Ahmad Yani pun menikahi Khadijah, kekasihnya yang masih muda belia. Namun, istri pertamanya tak dicerai sehingga Khadijah berstatus sebagai istri kedua. Ya, Ahmad melanggar peraturan yang sebelumnya telah dibuatnya sendiri.

Tindakan para petinggi negara, termasuk Ahmad Yani yang melakukan poligami membuat Jenderal Abdul Haris Nasution kesal. Memang, Jenderal A.H. Nasution dikenal anti poligami, sehingga ia merasa kurang suka dengan perilaku poligami yang marak terjadi di lingkungan petinggi-petinggi negara.

Disinggung soal kabar perselingkuhan ayahnya, Amelia Yani, putri Ahmad mengatakan bahwa itu adalah hal yang wajar mengingat sang ayah adalah pria yang tampan. Tak hanya itu, perawakannya yang tegap dan kharismanya yang kuat seringkali membuat wanita kepincut. Bahkan menurut Amelia, saat kecil, ia dan saudara-saudaranya sering menerima dan membaca surat pernyataan cinta dari wanita-wanita yang naksir dengan ayahnya.

Baca juga: Biografi Steve Jobs, Sosok Pendiri Apple yang Memiliki Ambisi Luar Biasa

Karier Militer

Sejarah Ahmad Yani - Prajurit TNI Sumber: alchetron.com

Sebagai orang yang pernah menduduki jabatan sebagai Panglima Angkatan Darat, Jenderal Ahmad Yani telah berkarier dalam bidang militer sejak masa penjajahan Belanda, lho. Penasaran dengan sepak terjangnya di dunia kemiliteran? Yuk, lanjut simak sejarah dan biografi Ahmad Yani ini!

1. Masa Pendudukan Belanda

Yani menjalani pendidikan militer di Dinas Topografi Militer Belanda yang terletak di Malang, Jawa Timur selama enam bulan. Setelah lulus, ia diberi pangkat Sersan Cadangan Bagian Topografi dan ditugaskan di Bandung.

Karena ia mampu melaksanakan tugasnya dengan baik, pada tahun 1941, sang atasan mengirimkan Yani ke Bogor untuk menjalani latihan militer yang lebih intensif. Setelah latihannya selesai, ia dikembalikan ditugaskan di Bandung.

2. Masa Pendudukan Jepang

Awal bulan Maret 1942, pasukan Jepang mulai mendarat di beberapa tempat di Pulau Jawa. Mereka pun mulai menyebar ke berbagai kota di Jawa dengan maksud mengambil alih kekuasaan Belanda. Dalam invasi ini, Kota Bandung yang merupakan kota tempat Ahmad Yani bertugas, berhasil dikuasai Jepang.

Ia yang saat itu bergabung dengan pasukan Belanda pun ditawan Jepang dan baru dibebaskan setelah beberapa bulan berada di kamp tawanan, Cimahi. Setelah dibebaskan, ia pun kembali ke Purworejo dan hidup menganggur.

Kemudian pada tahun 1943, Yani ingin bekerja sehingga memutuskan untuk mendaftarkan diri menjadi juru bahasa untuk Jepang. Untuk mewujudkan keinginan tersebut, Yani pun harus melalui serangkaian tes yang dilaksanakan Jepang. Namun, pada saat itu, Obata, perwira Jepang yang ikut mengetes peserta, berpikir bahwa Yani lebih berbakat di bidang militer daripada guru bahasa. Oleh sebab itu, Obata menyarankan Yani untuk mendaftar militer saja.

Yani menerima saran dari Obata dan akhirnya mengikuti pendidikan shodanco di Jawa Boei Giyugun Kanbu Renseitai (Korps Latihan Pemimpin Sukarela Pembela Tanah Air di Jawa) yang terletak di Bogor, Jawa Barat. Selama empat bulan, ia ditempa dengan latihan-latihan militer yang berat. Namun, ia berhasil melaluinya dengan hasil yang gemilang sehingga Kapten Yanagawa yang saat itu berstatus sebagai pelatih, memberikan perhatian khusus padanya.

Saat acara penutupan pelatihan dilaksanakan, Yani pun diumumkan lulus sebagai siswa terbaik sehingga diberi penghargaan berupa sebilah pedang samurai. Selepas pendidikan, Yani ditugaskan di Magelang dan diangkat sebagai Komandan Seksi I Kompi 3 Batalyon 2.

Baca juga: Biografi Albert Einstein, Sang Penemu Teori Relativitas

3. Masa-Masa Setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

Dalam biografi bagian ini, Ahmad Yani memasuki karier militernya di era pascakemerdekaan. Ya, pada 19 Agustus 1945, Jepang membubarkan organisasi kemiliteran yang pernah mereka bentuk. Karena pasukannya saat itu ikut dibubarkan, Ahmad Yani secara diam-diam menghimpun kekuatan sehingga terbentuklah satu pasukan batalyon. Nah, saat pemerintah Indonesia membentuk Badan Keamanan Rakyat (BKR), pasukan yang telah ia kumpulkan digabungkan ke dalam BKR.

Setelah BKR berubah menjadi TKR (Tentara Keamanan Rakyat), pasukan yang dipimpin Yani dijadikan Batalyon 4. Batalyon 4 merupakan bagian dari Resimen 14 pimpinan Kolonel Sarbini yang berkedudukan di Magelang. Sedangkan Resimen 14 sendiri merupakan bagian dari Divisi V yang dipimpin Kolonel Soedirman.

Pada masa peralihan kekuasaan, pasukan Sekutu datang untuk melucuti senjata tentara Jepang dan membebaskan orang-orang Belanda yang ditawan. Namun, setelah itu, mereka tak segera pergi dan malah mempersenjatai orang-orang Belanda untuk bersama-sama melawan tentara Indonesia.

Dalam bentrokan tersebut, pasukan Yani yang ikut bertempur berhasil memukul mundur Sekutu hingga melarikan diri ke Ambarawa. Namun, mulai tanggal 12 hingga 15 Desember 1945, Kolonel Soedirman melancarkan serangan serentak hingga Sekutu berhasil dipukul mundur ke Semarang.

Setelah peristiwa tersebut, batalyon Yani menjadi bagian dari Resimen 19 Brigade Nusantara, Devisi III. Dalam Agresi Militer I Belanda, batalyonnya bertugas menghalangi pergerakan Belanda yang ingin kembali menguasai Indonesia dari Semarang ke arah selatan.

Pada September 1948, pangkat Ahmad Yani dinaikkan menjadi letnal kolonel. Sedangkan jabatannya, dinaikkan menjadi Komandan Brigade Diponegoro Devisi III yang membawahi tiga batalyon. Beberapa hari setelah pengangkatannya, terjadi pemberontakan yang didalangi orang-orang komunis. Saat itu, Letnan Kolonel Ahmad Yani bergerak cepat dengan mengirimkan satu batalyonnya ke daerah sekitar Grobogan untuk menumpas pasukan pemberontak.

Tanggal 19 Desember 1948, Agresi Militer II Belanda pecah, dan pasukan Yani yang berkedudukan di Magelang pun di kepung dari tiga kota, yaitu Yogyakarta, Ambarawa, dan Purworejo. Saat itu, Yani memerintahkan pasukannya untuk membumihanguskan Magelang dan melancarkan taktik perang gerilya. Cara itu pun berhasil hingga akhirnya Belanda mengakui kemerdekaan Indonesia pada 27 Desember 1949.

4. Masa-Masa Setelah Kemerdekaan Indonesia Diakui Belanda

Setelah urusan dengan Belanda teratasi, tentara Indonesia masih saja harus disibukkan dengan pemberontakan-pemberontakan yang dilakukan saudara sebangsa dan setanah air. Menjabat sebagai Komandan Brigade Diponegoro Devisi III, Ahmad Yani mendapat tugas untuk menumpas berbagai pemberontakan yang terjadi di Jawa Tengah, seperti gerombolan bersenjata pimpinan Kyai Somolangu di Kebumen, pemberontakan Batalyon 426 di Kudus, hingga DI/TII di Brebes dan Pekalongan.

Setelah berbagai pemberontakan di atas berhasil ditumpas, Pimpinan Angkatan Perang di Jakarta pun melihat kemampuan Yani yang begitu besar di bidang militer. Oleh sebab itu, pada 1955-1956, Yani disekolahkan di Command and General Staff College di Fort Leavenworth, Amerika Serikat.

Setelah menyelesaikan pendidikannya, ia diangkat menjadi Asisten II (Operasi) di Markas Besar Angkatan Darat. Tak lama setelah itu, jabatannya dinaikkan lagi menjadi Deputy I (Operasi) dan jabatannya dinaikkan menjadi kolonel.

Saat berada di Amerika Serikat, Yani belajar mengenai pelaksanaan operasi gabungan. Nah, operasi inilah yang digunakannya untuk menumpas pemberontakan PRRI (Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia) di Sumatra Barat.

Setelah tugasnya di Sumatra Barat selesai, Kolonel Ahmad Yani diangkat menjadi Deputi II (Pembinaan) di Markas Besar Angkatan Darat. Tak hanya itu, ia bahkan juga ditugaskan menjadi Deputi Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) untuk wilayah Indonesia Bagian Timur.

Semakin lama, karier militernya terus menanjak hingga akhirnya ia diangkat menjadi Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) dan dinaikkan pangkatnya menjadi mayor jenderal. Satu tahun pascamenjadi mayor jenderal, pangkatnya naik lagi menjadi letnan jenderal.

Baca juga: Biografi Maria Walanda Maramis, Pejuang Emansipasi Wanita dari Minahasa

Bersitegang dengan Partai Komunis Indonesia

Sejarah Ahmad Yani - Partai Komunis Indonesia Sumber: wikipedia.org

Mungkin Anda penasaran, mengapa PKI bisa sangat memusuhi Ahmad Yani sehingga menjadikannya salah satu target dalam tragedi 30 September 1945. Kalau ingin tahu, berikut kami sajikan informasinya dalam sejarah dan biografi Ahmad Yani ini!

Saat dirinya menjabat sebagai Kepala Staf Angkatan Darat, orang-orang komunis sudah memiliki kekuasaan yang cukup besar di bidang perpolitikan Indonesia. Perkumpulan orang-orang komunis ini bahkan juga memiliki partai politik.

Untuk menampakkan diri sebagai partai yang nasionalis, PKI mendukung pemerintah untuk menumpas PRRI di Sumatra Barat. Namun, ternyata mereka juga memiliki agenda sendiri, yaitu menyusun rencana dan kekuatan untuk melakukan pemberontakan.

PKI semakin senang tatkala Presiden Soekarno menerapkan politik balance of power yang menjadikan partai politik posisinya seimbang dengan ABRI. Meski mengetahui segala rencana jahat PKI, Letnan Jenderal Ahmad Yani harus menaati keputusan Soekarno selaku Panglima Tertinggi Angkatan Perang.

Sadar bahwa Angkatan Darat bisa menjadi batu sandungan yang menghalangi rencana mereka, PKI melakukan segala cara untuk memporakporandakan Angkatan Darat. Salah satu di antaranya, PKI menghembuskan isu adanya Dewan Jenderal dalam tubuh Angkatan Darat yang bertugas menilai kebijaksanaan politik Soekarno. Tak hanya itu, mereka juga menyebarkan isu bahwa Angkatan Darat bekerja sama dengan angkatan perang negara asing untuk menggulingkan Soekarno.

Dengan alasan untuk menanggulangi ancaman dari negara asing, PKI membujuk Soekarno untuk membentuk Angkatan Kelima yang terdiri dari buruh dan tani yang dipersenjatai. Sadar bahwa Angkatan Kelima justru akan digunakan PKI sebagai alat untuk memberontak, Yani dengan tegas menolak ide tersebut.

Sikap Yani yang demikian membuatnya dimusuhi orang-orang PKI. Untuk menjatuhkan para jenderal, PKI pun berusaha mengadu domba antara perwira satu dan perwira lain. Mereka juga berusaha mengadu domba angkatan yang satu dengan angkatan yang lain sehingga ada para petinggi militer yang mendukung PKI, dan ada juga yang mementang habis-habisan seperti Ahmad Yani.

Baca juga: Inilah Biografi Chairil Anwar, Penyair yang Mendapat Julukan Si Binatang Jalang

Kisah Kematian Sang Letnan Jenderal

Pada 30 September 1965 siang, Letnan Jenderal Ahmad Yani pulang ke rumah dinasnya yang terletak di Jalan Lembang Terusan Nomor 58, Menteng, Jakarta Pusat. Ia pun menyempatkan diri untuk berbincang dengan empat anak perempuannya di minibar, sedangkan sang istri sedang memasak di dapur.

Ia meminta anak-anaknya untuk bolos sekolah pada tanggal 5 Oktober 1965 agar bisa ikut menyaksikan parade dalam rangka perayaan Hari Tentara Nasional Indonesia. Anak-anak Yani menerima usulan sang ayah dengan senang hati.

Selepas makan siang, pria asal Purworejo itu pergi ke Senayan untuk latihan golf bersama Bob Hasan. Setelah itu, ia pulang lagi untuk menerima sejumlah tamu yang datang. Barulah pada pukul 10 malam, para tamu tersebut berpamitan. Karena lelah, ia langsung masuk kamar untuk tidur, sedangkan sang istri sedang berada di daerah Menteng untuk menggelar tirakatan.

Pada 1 Oktober 1965 subuh, sekelompok orang yang menggunakan seragam pasukan Cakrabirawa (pengawal istana kepresidenan) menyerbu rumah dinas Yani. Sersan Tumiran yang masuk dari pintu depan memerintahkan pembantu rumah tangga yang bernama Mbok Milah untuk membangunkan Yani. Namun, Mbok Milah tidak berani sehingga yang membangunkan sang letnan jenderal adalah Eddy, putra bungsu Yani, yang kebetulan saat itu juga sudah bangun.

Tanpa rasa curiga, Yani menemui beberapa anggota pasukan yang berada di ruang tamunya. Salah satu dari mereka mengatakan bahwa Presiden Soekarno memerintahkan Yani untuk segera menghadap ke istana. Namun, karena baru bangun, ia pun pamit hendak mandi dulu. Beralasan bahwa perintah tersebut bersifat darurat, para prajurit Cakrabirawa melarangnya untuk mandi dulu sehingga ia merasa kesal dan meninju salah satu anggota pasukan.

Ketika ia berbalik untuk bersiap-siap, salah seorang rekan prajurit yang tadi ditinju Ahmad Yani melakukan penembakan terhadap sang letnan jenderal sehingga membuatnya jatuh bersimbah darah. Mereka pun segera menyeret tubuh Yani dan melemparkannya ke dalam truk. Tubuhnya kemudian dibawa ke Lubang Buaya dan dimasukkan ke dalam sebuah sumur tua bersama perwira-perwira lain yang saat itu juga dibunuh PKI.

Dimakamkan pada Hari Tentara Nasional Indonesia

Biografi Ahmad Yani - Tugu Kesaktian Pancasila Sumber: jakarta-tourism.go.id

Tibalah di akhir bagian dari kisah Ahmad Yani dalam biografi ini. Ya, sumur yang menjadi tempat pembuangan jenazah-jenazah para perwira dapat ditemukan satuan ABRI pada tanggal 3 Oktober 1965. Lalu bertepatan pada ulang tahun ABRI yang ke-20, yaitu pada 5 Oktober 1965, semua jenazah perwira korban G30S PKI dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta.

Berdasarkan Surat Keputusan Presiden No. 111/ Koti/1965 tanggal 5 Oktober 1965, Letnan Jenderal Ahmad Yani ditetapkan sebagai Pahlawan Revolusi. Tak hanya itu, pangkatnya juga dinaikkan secara anumerta menjadi jenderal. Hingga saat kematiannya, ia telah mendapatkan tiga belas tanda jasa.

Hari itu, anak-anak Jenderal Ahmad Yani benar-benar bolos sekolah. Namun, bukan untuk menyaksikan parade TNI seperti yang dijanjikan ayahnya, melainkan untuk mengiringi kepergian sang ayah tercinta yang telah menghadap Tuhan.

Baca juga: Biografi Frans Kaisiepo, Pahlawan Nasional di Lembar Uang 10.000 yang Menyatukan Papua dengan Indonesia

Pelajaran yang bisa Diambil dari Biografi Jenderal Ahmad Yani

Itu tadi adalah sejarah kehidupan sang mantan Kepala Staf Angkatan Darat yanng terangkum dalam biografi Jenderal Ahmad Yani lengkap, mulai dari kisah masa kecil dan latar belakang orang tuanya, kehidupan asmara, karier militer, dan kisah perseteruannya dengan Partai Komunis Indonesia (PKI). Apakah Anda sudah merasa puas dengan sajian di atas?

Nah, kira-kira pelajaran apa saja yang bisa Anda petik dengan membaca sejarah dan biografi Jenderal Ahmad Yani ini? Tentunya ada banyak, ya. Namun, yang paling utama adalah, jangan pernah takut pada apa pun selama Anda melakukan hal yang benar. Percayalah, Tuhan pasti memberikan ganjaran setimpal untuk tiap-tiap perbuatan baik maupun buruk yang dilakukan oleh manusia.

Jika ingin menyimak biografi tokoh-tokoh selain Ahmad Yani, langsung saja junjungi PosBagus.com. Tak hanya tentang biografi tokoh seperti Ahmad Yani, berbagai informasi mengenai wisata, kuliner, maupun inspirasi juga ada.

← Biografi Sultan Ageng Tirtayasa, Pahlawan Nasional Asal Banten yang Dikudeta Putranya Sendiri
Biodata Merry Riana, Sosok Wanita Sukses dalam Buku Mimpi Sejuta Dolar →

TIM DALAM ARTIKEL INI

Penulis
Mentari Aprellia

Mentari Aprellia, S.I.Kom adalah alumni Universitas Terbuka jurusan Ilmu Komunikasi dengan beasiswa penuh. Meski mampu membuat tulisan feature maupun hard news, penulis kurang suka membuat karya fiksi karena selalu bingung mengakhiri cerita. Penulis yang merupakan penggemar film horor, tapi penakut ini pernah magang sebagai wartawan lapangan di Koran Solopos, pernah bekerja sebagai guru TK, guru les privat, dan tukang desain gambar.

Editor
Khonita Fitri

Seorang penulis dan editor lulusan Universitas Diponegoro jurusan Bahasa Inggris. Passion terbesarnya adalah mempelajari berbagai bahasa asing. Selain bahasa, ambivert yang memiliki prinsip hidup "When there is a will, there's a way" untuk menikmati "hidangan" yang disuguhkan kehidupan ini juga menyukai musik instrumental, buku, genre thriller, dan misteri.

Sidebar Utama

Artikel Terkait

Artikel Tokoh Top

  • Biografi Edwin Soeryadjaya, Anak Konglomerat Pendiri ASTRA International

  • Biografi Axton Salim, Pewaris Takhta Salim Group Generasi Ketiga

  • Biografi Prof Salim Said, Panelis ILC Mantan Dubes RI Berprestasi

  • Biodata dan Biografi Emil Salim, Mantan Menteri Lingkungan Hidup pada Orde Baru

  • Biografi John Riady, Pemegang Tonggak Kepemimpinan Lippo Karawaci

  • Biografi Andrie Wongso, Motivator yang Tak Lulus SD

  • Biografi Anthony Salim, Bos Mie Instan di Jajaran Orang Terkaya di Indonesia

  • Biografi Siti Oetari, Istri Pertama Soekarno yang Ternyata Nenek Maia Estianty

  • Biografi Sudono Salim, Pengusaha Taipan yang Dekat dengan Soeharto

  • Biografi Andrew Darwis, Pendiri Forum KASKUS yang Dikunjungi Jutaan Orang

  • Tentang Kami
  • Hubungi Kami
  • Persyaratan Penggunaan
  • Kebijakan Privasi

Copyright © 2023 PosBagus.com Praktis Media Network. All Rights Reserved.