
Membicarakan tempat wisata di Jakarta tentunya belum lengkap jika tidak membahas Kota Tua. Khususnya jika Anda sangat menyukai sejarah dan ingin tahu lebih lanjut tentang Jakarta tempo dulu. Kira-kira sudahkah Anda mengetahui ada apa saja di Kota Tua?
Wilayah yang dikenal juga dengan sebutan Batavia Lama ini memiliki luas 1,3 kilometer persegi melintasi Jakarta Utara dan Jakarta Barat. Di tempat wisata Kota Tua Jakarta ini, Anda dapat menemukan banyak bangunan dan arsitektur kuno peninggalan Belanda.
Bangunan-bangunan kuno tersebut banyak yang sudah direnovasi dan dialihfungsikan sebagai tempat wisata. Beberapa di antaranya berupa museum yang digunakan tempat menyimpan barang-barang kuno bersejarah.
Anda tidak perlu mengkhawatirkan tiket masuk beberapa tempat wisata di Kota Tua Jakarta. Karena biasanya tiket yang perlu dibayarkan tidak melebihi Rp5.000 per orang, bahkan gratis.
Tempat wisata Kota Tua Jakarta pun tidak hanya bisa dinikmati oleh pecinta sejarah. Jika Anda suka mengunggah foto di akun Instagram, di Kota Tua ini terdapat banyak sekali spot-spot foto yang ciamik.
Sudah tidak sabar ingin tahu tempat-tempat menarik yang bisa dikunjungi di Kota Tua Jakarta dan spot-spot fotonya? Tanpa menunggu waktu lama, langsung simak uraiannya di bawah ini, ya!
1. Museum Fatahillah
Jl. Taman Fatahillah 1
Jakarta Barat, Jakarta, Indonesia
https://goo.gl/maps/mUgaRiF91YH2
Selasa–Minggu: 09.00–15.00 WIB
Anak: Rp2.000/orang
Pelajar: Rp3.000/orang
Dewasa: Rp5.000/orang
Salah satu tempat wisata Kota Tua paling tepat dikunjungi untuk mempelajari sejarah Jakarta adalah Museum Fatahillah. Di sini, Anda tak hanya bisa mendapatkan informasi peninggalan sejarah kota Jakarta pada zaman prasejarah, tapi juga masa kejayaan Sunda Kelapa dan juga era penjajahan. Para wisatawan juga dapat mendapatkan informasi tentang suasana kota Jakarta pada masa setelah kemerdekaan.
Bangunan yang terdapat di Jalan Taman Fatahillah ini awalnya dibangun oleh pemerintah kolonial Belanda sebagai Balai Kota atau Stadhuis. Pada tahun 1710, bangunan ini diresmikan oleh Gubernur Jendral Abraham Van Riebeeck.
Setelah diresmikan, gedung balai kota ini beberapa kali sempat mengalami peralihan fungsi dan perubahan. Mulai dari kantor Pemerintah Provinsi Jawa Barat, kantor pengumpulan logistik Dai Nippon, markas Komando Distrik Militer Kota (Kodim) 0503 Jakarta Barat, hingga akhirnya pada tahun 1974 gedung ini diresmikan menjadi Museum Sejarah Jakarta.
Arsitektur bangunan tiga lantai ini memiliki gaya neoklasik yang dicat warna kuning tanah. Bagian atap gedung utamanya memiliki penunjuk arah mata angin.
Ruang-ruang pameran yang terdapat pada museum yang dikenal juga dengan nama Museum Sejarah Jakarta ini cukup beragam. Mulai dari ruang Prasejarah Jakarta, Tarumanegara, Jayakarta, Fatahillah, Sultan Agung, dan lain-lain. Pembagian ruang tersebut didasarkan pada penataan artistik dan fungsi informasi yang optimal.
Di dalamnya, terdapat sekitar 23.500 koleksi benda-benda bersejarah baik yang asli ataupun replika. Beberapa di antaranya adalah Prasasti Ciaruteun peninggalan zaman Tarumanagara, Meriam Si Jagur, Patung Dewa Hermes, hingga sel tahanan Untung Suropati dan Pangeran Diponegoro.
Jika tidak ingin sekadar berjalan-jalan mengelilingi museum, Anda dapat mengikuti berbagai aktivitas yang diadakan oleh Museum Fatahillah pada waktu-waktu tertentu. Di antaranya adalah wisata kampung tua, jelajah malam museum, workshop sketsa gedung tua, nonton bareng film-film jadul, pentas seni a la Jakarta, dan masih banyak lagi.
Baca juga: Informasi Lengkap Mengenai Berbagai Tempat Wisata di Jogja untuk Anda yang Merencanakan Liburan
2. Jembatan Kota Intan
Ancol, Pademangan, RT.8/RW.7
Kota Tua, Pingansia, Tamansari, Kota Jakarta Barat
DKI Jakarta 11230
https://goo.gl/maps/9bGCSUtp7yt
Setiap hari: 24 jam
Gratis
Tempat wisata di Kota Tua Jakarta tidak selalu tentang gedung-gedung dengan ciri arsitektur Belanda-nya. Anda bisa coba mengunjungi Jembatan Kota Intan yang terletak di Kota Jakarta Barat.
Jembatan peninggalan Belanda yang memiliki julukan Jembatan Pasar Ayam ini dibangun pada tahun 1628. Namun pernah rusak karena adanya penyerangan pasukan Banten dan Mataram. Hingga akhirnya pada tahun 1630 dibangun kembali oleh VOC.
Pada masa penjajahan Belanda, jembatan ini memiliki nama lain, yaitu Engelse Brug yang memiliki arti Jembatan Inggris. Hal tersebut dikarenakan di dekat jembatan ini terdapat benteng pertahanan Inggris. Pada tahun 1900, namanya beralih menjadi Jembatan Pusat atau Het Middelpunt Brug
Pada masa kejayaan Ratu Juliana dari Belanda, jembatan ini juga pernah berganti nama menjadi Jembatan Ratu Juliana atau Juliana Bernhard. Pasalnya, kala itu sang ratu pernah memerintahkan untuk memperbaiki jembatan gantung yang satu ini.
Barulah setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia, jembatan ini berganti nama menjadi Jembatan Kota Intan. Hal ini untuk menyesuaikan dengan nama lokasi di sekitarnya yang merupakan ujung Bastion Diamond dari Kastil Batavia.
Jembatan Kota Intan ini sudah mengalami pemugaran dan renovasi oleh pemerintah daerah DKI Jakarta. Renovasi tersebut tidak mengubah bentuknya yang menyerupai jungkit dan konstruksinya yang terbuat dari besi dan kayu.
3. Museum Bank Indonesia
Jl. Pintu Besar No.3
Tamansari, Pinangsia, RT.3/RW.6
DKI Jakarta 11110
https://goo.gl/maps/U4SW1HpHcZ62
Selasa–Jumat: 07.30–15.30 WIB
Sabtu–Minggu: 08.00–16.00 WIB
Rp5.000/orang
Salah satu tempat wisata Kota Tua Jakarta yang dapat memperkenalkan tentang dunia perbankan adalah Museum Bank Indonesia. Di sini Anda bisa mengetahui informasi lengkap tentang sejarah sistem perbankan sejak zaman kolonial Belanda hingga abad ke-21.
Awalnya, bangunan yang terletak di seberang halte busway Jakarta Kota ini merupakan bekas bangunan De Javasche Bank. Di tahun 1900-an, bangunan tersebut ditetapkan sebagai tempat penyimpanan serta perawatan benda atau dokumen perbankan yang bersejarah.
Jika biasanya Anda merasa bosan dengan cara penyajian benda-benda kuno di museum, di sini rasa bosan itu mungkin tidak akan terasa. Hal ini dikarenakan museum yang berdiri sejak tahun 1828 ini menyajikan banyak tampilan menarik menggunakan display elektronik, televisi plasma, diorama, dan masih banyak lagi.
Tujuannya adalah agar peninggalan sejarah yang bernilai dapat dipelajari dan dipahami oleh seluruh lapisan dan golongan masyarakat. Mulai dari peran Bank Indonesia dalam sejarah, hingga terbentuk dan lahirnya kebijakan Bank Indonesia tahun 1953–2005.
Menariknya, Museum Bank Indonesia juga memiliki program-program menarik yang bisa diikuti pengunjung. Di antaranya adalah:
a. Jelajah Museum
Program ini ditujukan untuk masyarakat yang ingin tahu informasi lebih detil tentang fungsi serta peran Bank Indonesia. Tujuannya tentu saja tak hanya sebagai wahana rekreasi yang edukatif, tapi juga pehamanan perjalanan berkembangnya Bank Indonesia dari waktu ke waktu.
Anda pun tak hanya bisa melakukan jelajah museum pada siang hari. Pada bulan-bulan tertentu, Museum Bank Indonesia yang bekerja sama dengan Komunitas Historia Indonesia akan mengadakan program Night at the Museum, yaitu jelajah museum pada malam hari. Dengan begitu, Anda juga bisa sekalian menikmati keindahan bentuk arsitektur museum ini di kegelapan malam.
Jika Anda berminat untuk melakukan jelajah museum baik di siang ataupun malam hari, pastikan untuk melakukan mendaftarkan diri terlebih dahulu di loket atau melalui Komunitas Historia Indonesia. Karena jelajah museum ini biasanya hanya diadakan pada jam-jam tertentu, yaitu pukul 08.00, 10.00, dan 13.00 WIB.
b. Seminar, Diskusi, Talk Show
Selain menjelajahi museum, Anda juga dapat mengikuti seminar, diskusi, atau talk show yang diadakan pada waktu tertentu. Topik-topik yang dibahas pun cukup beragam. Tidak hanya tentang perbankan dan ekonomi, tapi juga isu terkait perkembangan terkini Bank Indonesia, kebijakan-kebijakan, bahkan hingga seni, budaya, serta nilai heritage nasional.
Biasanya, pada program ini Museum Bank Indonesia akan mengundang beberapa pembicara yang memang ahli pada bidangnya, seperti ahli sejarah, numismatika, moneter, perbankan, dan lain-lain. Jika Anda tertarik untuk mengikuti program ini, Anda harus sering mengecek website resmi Bank Indonesia untuk mengetahui jadwal seminar atau talk show yang akan diadakan.
c. Pameran Temporer
Selain kedua program di atas, salah satu program yang menarik di Museum Bank Indonesia adalah Pameran Temporer. Dinamakan seperti itu karena pameran ini biasanya hanya diadakan bertepatan dengan Hari Nasional, seperti Hari Kemerdekaan Republik Indonesia, Hari Kartini, Hari Pahlawan, dan masih banyak lagi. Pada hari tersebut, Museum Bank Indonesia akan menampilkan koleksi numismatik yang memiliki tema sesuai dengan hari peringatan yang berlangsung.
Selain itu, Museum Bank Indonesia membuka kesempatan bagi pihak lain yang ingin mengadakan pameran di bangunan bersejarah ini. Bisa berupa pameran fotografi, lukisan, seni budaya, batik, kain tenun, dan lain sebagainya.
Baca juga: Ingin Berkunjung ke Berbagai Tempat Wisata di Bandung? Baca Panduannya di Sini!
4. Museum Bahari
Jl. Pasar Ikan No.1
Kawasan Sunda Kelapa, Kecamatan Penjaringan
Jakarta Utara 14440
https://goo.gl/maps/FKdY9ymciJn
Setiap hari: 09.00–16.00 WIB
Anak: Rp2.000/orang
Pelajar: Rp3.000/orang
Dewasa: Rp5.000/orang
Sebagai negara maritim, salah satu keunggulan bangsa Indonesia adalah bidang kelautannya. Sehingga tidak ada salahnya jika Anda mempelajari sejarah tentang zaman keemasan Nusantara sejak dahulu kala. Salah satu caranya adalah dengan mengunjungi museum bahari yang terletak di sebelah kiri Pelabuhan Sunda Kelapa ini.
Museum Bahari Jakarta memiliki 126 koleksi benda-benda sejarah kelautan, terutama kapal-kapal dagang tradisional yang pernah mengarungi samudera di dunia. Bahkan, 19 di antaranya merupakan koleksi perahu yang masih asli. Selain itu, Anda juga bisa menemukan foto ikan laut yang biasanya ditangkap para nelayan, koleksi meriam, gambar-gambar, dan artikel berita serta sejarah pelayaran di Indonesia.
Menariknya, Anda juga bisa berfoto dengan diorama-diorama para pelaut dan bajak laut ternama dari seluruh dunia. Mulai dari Laksamana Malahayati, Abel Tasman, William Bligh, James Cook, Jan Kuygen Van Linschoten, Ibnu Batutah, Cheng Ho, hingga Davy Jones.
Awalnya, gedung ini dijadikan sebagai gudang rempah-rempah terbesar di Asia sebelum dikirim ke Eropa dan Kanada. Pembangunan gedung 3 lantai ini dilakukan dalam 3 tahap, yaitu pada tahun 1719, 1773, dan 1774.
Pada masa pendudukan tentara Jepang, bangunan ini dialihfungsikan menjadi tempat penyimpanan logistik dan gudang senjata Dai Nippon. Setelah merdeka, bangunan peninggalan Belanda ini sempat berganti-ganti kegunaan hingga pada tanggal 7 Juli 1977 akhirnya diresmikan sebagai Museum Bahari oleh gubernur Jakarta saat itu, Ali Sadikin.
5. Toko Merah
Jl. Kali Besar Barat No.11
Pinangsiang, Tambora, RT.7/RW.3
Roa Malaka, Jakarta Barat
DKI Jakarta 11230
https://goo.gl/maps/xqe557XQYp92
Setiap hari: 09.00–16.30 WIB
Rp10.000/orang
Jika Anda ingin berfoto di salah satu bangunan peninggalan Belanda yang berlokasi di Kota Tua, cobalah untuk mengunjungi Toko Merah. Di sana Anda dapat menemukan bangunan artistik dengan gaya arsitektur unik yang mengedepankan akulturasi budaya Tionghoa dan Eropa, sehingga menjadikannya nampak mencolok.
Sesuai namanya, bangunan yang terletak di Jl. Kali Besar Barat ini sangat kental dengan warna merah. Warna tersebut tidak hanya terlihat di eksteriornya saja, tapi juga di semua bagian bangunan, ukiran-ukiran, serta hiasannya.
Pada awalnya, gedung yang dibangun pada tahun 1730 ini merupakan salah satu kediaman tokoh penting VOC di Batavia. Namun, pada selang waktu antara tahun 1768–1808, bangunan ini berubah fungsi menjadi hotel khusus para pejabat VOC dan Belanda yang datang ke Batavia.
Sejak tahun 1800-an, bangunan ini berulang kali beralih fungsi. Mulai dari akademi angkatan laut, kantor dagang, Dinas Kesehatan Tentara Jepang, hingga kantor pusat perusahaan swasta. Pada tahun 1990-an, Gubernur Jakarta meresmikan Toko Merah ini sebagai bangunan cagar budaya berdasarkan peraturan UU No.5 Tahun 1992 dan Surat Keputusan Gubernur DKI Jakarta No.475 pada tanggal 29 Maret 1993.
Bangunan ini memiliki banyak ruangan, yaitu sebanyak 16 kamar di lantai dasar, 4 kamar di lantai dua, dan 5 kamar di lantai tiga. Besar dan luasnya bangunan ini membuat banyak wisatawan berkunjung untuk melihat kemegahannya.
Baca juga: Wisata Taman Safari Bogor, Tempat Berinteraksi dengan Satwa dari Dekat
Mengenali Sejarah Melalui Wisata Kota Tua Jakarta
Bagaimana? Setelah membaca tentang tempat-tempat wisata Kota Tua Jakarta di atas, apakah Anda sudah tidak sabar untuk bermain ke sana bersama orang-orang tersayang?
Sebelum langsung mengunjunginya, perhatikan dulu beberapa tips di bawah ini yang mungkin Anda butuhkan ketika melakukan wisata Kota Tua Jakarta. Di antaranya adalah:
- Kenakan baju yang nyaman dan hindari mengenakan pakaian berwarna gelap. Hal ini dikarenakan daerah ini terkenal panas, sementara Anda tentu tidak mau berjalan-jalan penuh keringat.
- Jangan lupa menggunakan tabir surya agar dapat melindungi kulit tubuh Anda dari sengatan sinar matahari secara langsung.
- Tempat wisata Kota Tua biasanya ramai di akhir pekan. Oleh karena itu, jika Anda ingin dapat mengambil foto dengan leluasa, usahakan untuk datang lebih pagi. Kalau perlu, datang saja ketika hari kerja.
- Selalu berhati-hati dengan barang bawaan Anda dan jangan sampai lengah. Ramainya kawasan ini dapat menjadi kesempatan bagi orang lain untuk melakukan tindak kriminal. Jangan sampai barang berharga Anda sampai berpindah tangan ke orang yang tidak berhak.