
Nama Edwin Soeryadjaya mungkin terdengar asing di telinga Anda. Ia adalah seorang pengusaha yang juga anak dari pendiri perusahaan otomotif, Astra International. Lantas, seperti apakah sosoknya? Kalau penasaran, Anda bisa menyimak biografi lengkap Edwin Soeryadjaya berikut.
- Nama Lengkap
- Edwin Soeryadjaya / Tjia Han Poen
- Tempat Tanggal Lahir
- Jakarta, 17 Juli 1949
- Pekerjaan
- Pengusaha
- Pasangan
- Tidak Disebutkan
- Anak
- Michael Soeryadjaya, Michelle Soeryadjaya
- Orang Tua
- William Soeryadjaya (Ayah), Lily Anwar (Ibu)
Edwin Soeryadjaya adalah salah satu konglomerat sukses di Indonesia. Dirinya merupakan anak kedua dari pendiri Astra International, William Soeryadjaya. Meskipun mungkin tidak banyak yang dapat diulik tentang Edwin Soeryadjaya, tapi PosBagus akan mencoba mengulasnya khusus untuk Anda lewat biografi ini.
Tidak seperti pengusaha Sudono Salim yang harus membangun bisnisnya sendiri dari nol, Edwin tumbuh dalam keadaan ekonomi yang berkecukupan. Terang saja, ayahnya memiliki perusahaan yang cukup besar. Ia juga menempuh pendidikan di luar negeri.
Setelah lulus, ia kemudian bekerja di perusahaan ayahnya. Awalnya, semuanya berjalan mulus. Hingga pada suatu hari, keluarga tersebut harus melepaskan perusahaan yang dibangunnya susah payah untuk membayar hutang.
Meskipun begitu, kejadian tersebut tidak membuat Edwin Soeryadjaya trauma untuk membangun bisnis. Ia kemudian membangun perusahaan yang bergerak di bidang investasi yang diberi nama PT Saratoga Investama Sedaya. Dari situ, perlahan-lahan ia bisa membangun bisnis kembali dan menjadi begitu sukses.
Saking suksesnya, ia pernah mendapatkan penghargaan Wirausahawan Terbaik pada tahun 2010. Dirinya juga masuk ke jajaran 50 orang terkaya di Indonesia tahun 2016, lho. Kalau fakta-fakta yang disajikan di atas semakin membuat Anda penasaran, mari lanjutkan membaca biografi Edwin Soeryadjaya di bawah ini, ya!
Sekilas Latar Belakang Keluarga
Berdasarkan biografi, Edwin Soeryadjaya lahir di Jakarta pada tanggal 17 Juli 1949 dengan nama Tjia Han Poen. Ia merupakan putra dari pasangan pengusaha William Soeryadjaya dan Lily Anwar.
Laki-laki ini adalah anak kedua dari empat bersaudara. Ia mempunyai satu kakak laki-laki dan dua adik perempuan. Kakaknya bernama Edward Soeryadjaya, sedangkan kedua adiknya bernama Joyce dan Judith Soeryadjaya.
Ketika masih kecil, Edwin dan saudara-saudaranya hidup dalam kesederhanaan. Dulu, orang tuanya memang belum mempunyai apa-apa. Bahkan acara pernikahan mereka hanya dilakukan di catatan sipil tanpa adanya tamu undangan.rnrnDua minggu setelah menikah sekitar tahun 1941, pasangan Soeryadjaya pergi ke Belanda untuk belajar menyamak kulit. Selama hidup di negeri orang, mereka melakukan pekerjaan apa saja untuk membiayai kehidupan keluarga. Salah satunya termasuk berjualan rokok dan kacang yang diimpor dari Bandung.
Beberapa bulan sebelum Edwin lahir, yaitu pada bulan Februari 1949, keluarganya kembali ke Indonesia. Sekembalinya, mereka mendirikan pabrik penyamakan kulit. Belum lama menjalankan bisnis, keluarga ini harus ditipu oleh rekan bisnisnya.
Kemalangan itu tentu saja tidak membuat kapok William untuk menjalankan bisnis. Pada tahun 1957, Ia kemudian mendirikan PT Astra International bersama dengan adiknya, Tjia Kian Tie, dan kawannya, Lim Peng Hong.
Perkembangan perusahaan yang begitu cepat kemudian berdampak pula pada perekonomian keluarga ini. Pundi-pundi rupiah tentu saja mengalir deras ke kantongnya. Bahkan, anak-anak pun dikuliahkan ke luar negeri, termasuk Edwin.
Edwin berkuliah di University of Southern California dengan mengambil jurusan Administrasi Bisnis. Meskipun lulus pada tahun 1974, tapi dirinya baru bergabung ke perusahaan pada tahun 1978.
Sayangnya, tidak ada informasi lebih detail tentang kehidupan pernikahan pengusaha yang satu ini. Yang jelas, ia sudah menikah dengan seorang wanita dan dikaruniai tiga orang anak. Salah satunya bernama Michael Soeryadjaya yang kelak mewarisi perusahaannya.
Baca juga: Biografi William Tanuwijaya, Penjaga Warnet yang Sukses Jadi CEO Tokopedia
Sedikit tentang Astra dan Kejatuhan Trah Soeryadjaya
Tadi Anda sudah menyimak sedikit kisah mengenai keluarga Edwin Soeryadjaya dalam ulasan biografi si atas, kan? Sekarang, mari beralih membahas mengenai perjalanan kariernya di perusahaan tersebut. Serta, apa yang membuat keluarga ini harus melepaskan bisnis yang dibangun dari nol itu.
1. Perjalanan Karier Edwin di Astra
Sebelum membahas lebih lanjut mengenai karier Edwin Soeryadjaya di biografi ini, mari terlebih dahulu simak sekilas informasi tentang PT Astra International. Perusahaan yang didirikan pada tahun 1957 ini awalnya bergerak dalam bidang pemasaran minuman ringan bermerek Prem Club.
Setelah cukup berjalan dengan baik, pengembangan bisnis pun dilakukan. Selain mengimpor hasil bumi, perusahaan ini juga mengembangkan usaha di sektor otomotif, alat kantor, dan alat berat.
Sekitar tahun 1968–1969, PT Astra International bisa berkembang cukup pesat karena pemerintah sedang melakukan proses rehabilitasi sehingga kebutuhan alat berat pun semakin tinggi. Perusahaan ini kemudian diberi izin untuk memasok kendaraan truk besar.
Tidak tanggung-tanggung, 800 unit truk pun dipasoknya. Bisa Anda bayangkan berapa keuntungannya? Pasti sangatlah banyak.
Sejak saat itu pula, perusahaan ini sering ditunjuk oleh pemerintah untuk mengimpor berbagai sarana pembangunan. Setelah semakin mapan, Astra tidak hanya mengimpor kendaraan bermotor dan alat berat, tapi juga mulai merakit sendiri.
Nah, sama seperti yang sudah Anda baca sebelumnya, Edwin Soeryadjaya baru bergabung ke PT Astra pada tahun 1978. Tentu saja, ia tidak langsung menduduki jabatan tinggi, tapi naik secara perlahan-lahan.
Sepuluh tahun kemudian, dirinya kemudian diberi kepercayaan untuk melakukan restrukturisasi keuangan perusahaan yang didirikan oleh sang ayah itu. Kariernya pun terus bersinar, bahkan ia bisa menjadikan PT Astra sebagai perusahaan publik pada Februari 1990.
Menariknya, perusahaan tersebut menjadi IPO terbesar pada waktu itu. Buat yang belum tahu, IPO adalah perusahaan yang menjual sahamnya ke publik atau masyarakat umum.
Baca juga: Biografi Ernest Douwes Dekker, Aktivis Keturunan Belanda yang Memperjuangkan Nasib Kaum Pribumi
2. Dijual untuk Membayar Hutang
Kegemilangan trah Soeryadjaya di atas tidak berlangsung lama. Mengenai faktor penyebabnya, Anda bisa menyimaknya di biografi Edwin Soeryadjaya ini.
Pada tahun 1984, William Soeryadjaja membeli 60% saham Bank Summa. Ia membagi rata saham tersebut dengan kakak Edwin, yaitu Edward Soeryadjaya. Diketahui, putra tertuanya ini merupakan lulusan sarjana ekonomi dari Ruhr University, Jerman.
Akan tetapi, sepertinya Edward kurang cermat dalam menjalankan strategi bisnisnya. Ia dinilai terlalu royal dalam memberikan kredit terhadap nasabah.
Bank tersebut menyalurkan kredit sebesar 1,5 triliun rupiah. Sayangnya, pinjaman tersebut mengalami kemacetan sebanyak 1 triliun rupiah.
Jumlah yang cukup fantastis, bukan? Terlebih lagi, uang yang dikreditkan itu merupakan pinjaman dari bank di Jerman.
Pada tahun 1992, Bank Summa kemudian dilikuidasi oleh pemerintah. Jika dilikuidasi, bank tidak hanya akan dibekukan, tapi pemilik juga harus menyelesaikan semua hutangnya.
William tentu saja tidak bisa tinggal diam melihat anak lelaki tertuanya terlilit hutang. Karena tidak ada jalan lain, maka ia harus merelakan saham miliknya yang berada di Astra untuk dijual.
Setelah itu, keluarga Soeryadjaya sudah tidak memiliki kendali atas perusahaan tersebut. Edwin yang pada waktu itu menjadi Wakil Presiden Direktur Astra pun harus melepas jabatannya pada tahun 1993.
Kabarnya, setelah peristiwa itu, hubungan Edward dan saudara-saudaranya tidak terlalu baik. Hal tersebut dikarenakan ia dianggap sebagai penyebab habisnya aset perusahaan keluarga yang susah payah dibangun dari bawah itu. Inilah sedikit mengenai lepasnya PT Astra dari tangan keluarga Edwin Soeryadjaya yang bisa Anda simak di biografi ini.
Baca juga: Biografi Ibnu Rusyd, Cendekiawan Muslim yang Mampu Menafsirkan Karya Aristoteles Secara Gamblang
Bangkit dan Membangun Bisnis Kembali
Selanjutnya dalam biografi Edwin Soeryadjaya ini, Anda akan menyimak bagaimana ia bangkit dari keterpurukan akibat kehilangan jabatan dan perusahaan. Mari dilanjutkan membacanya!
1. Merintis Usaha
Merasa down akibat kehilangan bisnis yang sudah lama dirintis oleh keluarga tentu saja membuat Edwin merasa sangat sedih. Terlebih lagi, ia juga turut andil membesarkan bisnis tersebut setelah bergabung selama kurang lebih 15 tahun.
Akan tetapi, bukan Edwin Soeryadjaya namanya jika menyerah pada keadaan begitu saja. Ia kemudian mencoba beberapa usaha untuk mendirikan perusahaan kembali.
Pada tahun 1995, dirinya menjalin kerjasama dengan AriaWest, sebuah perusahaan telekomunikasi dari Amerika Serikat. Perusahaan tersebut memenangkan tender dari pemerintah untuk mengembangkan saluran telepon di daerah Jawa Barat dan Banten.
Tidak hanya itu saja, Edwin juga menjajal bisnis di bidang kuliner dengan membuka sebuah gerai di Gedung Bursa Efek Jakarta. Pada waktu itu, ia menjajal semua peluang bisnis yang sekiranya bisa membuat modal cepat kembali.
Di tahun 1997, pria keturunan Tionghoa ini menjalin kerjasama dengan New Bridge Capital, perusahaan asal Amerika untuk mendirikan PT Advanced Interconnect Technologies. Perusahaan yang didirikan di Batam tersebut bergerak di bidang penyedia komponen elektronik.
Baca juga: Biografi Sunan Bonang, Anggota Wali Songo yang Letak Makam Aslinya Masih Diperdebatkan
2. Semakin Terdepan Setelah Mendirikan PT Saratoga
Apakah Anda mengira jika Edwin akan berhenti mengembangkan bisnisnya di situ saja? Tentu saja tidak. Lewat biografi Edwin Soeryadjaya ini, Anda akan mengetahui informasi selengkapnya.
Tahun 1998, dirinya bersama Sandiaga Uno mendirikan sebuah perusahaan yang bergerak di bidang investasi yang diberi nama Saratoga Capital. Anda penasaran bagaiamana pengusaha ini bisa menjalin relasi dengan Sandiaga Uno, tidak?
Menurut sebuah sumber, Sandi dititipkan oleh keluarganya ke William Soeryadjaya untuk belajar bisnis. Berawal dari hubungan mentor, ia dan keluarga Soeryadjaya pun menjadi dekat layaknya saudara sendiri.
Maka dari itu, laki-laki yang pernah menjabat Ketua Yayasan Universitas Kristen Indonesia ini tidak ragu untuk menggandeng Sandi dan menjadikannya sebagai partner bisnis. Lewat Saratoga Capital, mereka membawahi sejumlah perusahaan yang bergerak di berbagai bidang. Mulai dari bisnis pertambangan, infrastruktur dan operator telekomunikasi, produk hasil bumi, hingga otomotif.
Salah satu anak perusahaan yang paling banyak mendatangkan keuntungan bagi Edwin adalah PT Adaro Energy yang didirikan pada tahun 2004. Perusahaan yang bergerak di pertambangan batu bara ini berhasil menyumbang kekayaannya sebanyak 13,6 triliun rupiah pada tahun 2011.
Sebuah fakta yang tidak mengherankan mengingat Adaro Energy merupakan pemasok global batu bara termal di berbagai negara. Tidak hanya itu saja, ia juga membentuk kelompok bisnis yang disebut Suryaraya. Grup ini berfokus untuk mengurusi usaha agribisnis, perdagangan, hotel, dan lain-lain.
Saratoga Capital juga bekerjasama dengan Tiger Airways mengembangkan sayap bisnis ke sektor transportasi udara. Mereka resmi membeli saham Mandala Airlines pada tahun 2011.
Sayangnya bisnis tersebut harus gulung tikar pada tahun 2014 lalu. Inilah beberapa usaha yang dijalankan oleh Edwin Seoryadjaya yang bisa Anda baca di ulasan biografi ini.
Baca juga: Biografi Rasuna Said, Wanita Pertama yang Terjerat Hukum Speek Delict Belanda
Fakta Menarik tentang Edwin Soeryadjaya
Lewat biografi Edwin Soeryadjaya di atas, Anda sudah menyimak sedikit tentang latar belakang keluarga, perkembangan karier, hingga perusahaan yang dikelolanya. Selanjutnya, Anda akan membaca tentang fakta menarik tentangnya yang sayang sekali jika dilewatkan.
1. Mendapatkan Penghargaan
Atas keberhasilan dan kerja keras dalam membangun kerajaan bisnis baru, Edwin Soeryadjaya mendapatkan penghargaan dari perusahaan Ernst & Young. Ia dianugerahi penghargaan Indonesian Entrepreneur of The Year pada tahun 2010 lalu.
Edwin mengalahkan beberapa pengusaha lain yang juga menjadi kandidat penerima penghargaan tersebut. Di antaranya ada Elang Gumilang, Reggy Wijaya, dan Erwin Aksa.
Beberapa wirausahawan tersebut memang secara signifikan menunjukkan kontribusinya bagi negara. Selain itu, mereka juga bisa menjadi contoh yang memotivasi bagi generasi muda.
Penghargaan yang diterima oleh Edwin tersebut diserahkan langsung oleh Giuseppe Nicolosi, CEO Ernst & Young. Bagi yang belum tahu, Ernst & Young Entrepreneur of the Year merupakan satu-satunya program penghargaan bisnis yang memiliki landasan internasional.
Tidak hanya menerima penghargaan terbaik, ia juga masuk dalam daftar World Entrepreneur Of The Year 2011 Hall of Fame bersama dengan 50 pengusaha dunia yang lain. Penghargaan ini diadakan oleh perusahaan yang sama. Keren sekali, bukan?
Selanjutnya pada tahun 2011, pengusaha ini masuk ke dalam daftar 40 Orang Indonesia Terkaya versi Forbes. Ia menduduki peringkat ke 16.
Sementara di tahun 2018, kedudukannya merosot hingga ke urutan 45. Demikianlah penghargaan Edwin Soeryadjaya yang bisa disimak dalam biografi ini.
Baca juga: Biodata dan Biografi Emil Salim, Mantan Menteri Lingkungan Hidup pada Orde Baru
2. Aktif beramal
Mempunyai kekayaan yang belimpah tak lantas membuat laki-laki yang menjabat sebagai Direktur Utama PT Batara Ismaya ini lupa diri. Dirinya pun menyumbangkan sejumlah kekayaan untuk membantu sesama.
Salah satunya dengan mendirikan William & Lily Foundation yang kini dikelola oleh putrinya, Michelle Soeryadjaya. Yayasan tersebut memang dibangun khusus untuk membantu orang-orang terpinggir, khususnya di Indonesia bagian timur. Tidak hanya memberikan hunian yang layak, tapi juga membiayai pendidikan anak-anak yang tidak mampu di sana.
Selain itu, pada tahun 2014, Edwin Soeryadjaya juga turut bergabung dalam program Indonesia Health Fund bersama dengan Bill Gates. Dana yang diamalkan tersebut diambil dari dana pribadinya sendiri karena merasa tergerak untuk membantu pemerintah mengatasi masalah kesehatan.
Lalu bersama dengan PT Adaro, ia beserta co-founder yang lain menggagas program pendidikan yang diberi nama Adaro Nyalakan Ilmu pada tahun 2018. Tak main-main, dana yang dikucurkan untuk program tersebut, yaitu sejumlah 1,1 triliun rupiah.
Adapun Adaro Nyalakan Ilmu berfokus pada pembinaan pendidikan usia dini, pendidikan dan pelatihan vokasi, serta beasiswa Adaro Bright Future Leader. Beberapa acara yang disebutkan ini tentu saja hanya sebagian kecil yang sudah dilakukannya, mengingat ada banyak kegiatan amal yang mungkin tidak dipublikasikan.
Teladan yang Bisa Diambil Setelah Membaca Biografi Edwin Soeryadjaya
Demikianlah biografi lengkap konglomerat Edwin Soeryadjaya yang bisa Anda Anda baca di PosBagus. Semoga informasi yang tersaji bisa sedikit mengurangi rasa penasaran Anda akan sosoknya.
Lewat Edwin, Anda bisa belajar banyak hal. Salah satunya adalah untuk tidak pernah menyerah dengan keadaan, terlebih jika Anda pebisnis seperti dirinya. Jatuh bangun dalam dunia bisnis adalah hal yang wajar, bukan?
Sama seperti Edwin yang bisa bangkit lagi setelah kehilangan perusahaan, Anda juga harus bisa menata hidup lagi. Masih ada banyak sekali peluang di luar sana yang bisa dicoba. Siapa tahu malah akan menjadi ladang kesuksesan bagi Anda.
Selain Edwin Soeryadjaya, Anda juga bisa membaca biografi tokoh lain yang tidak kalah menginspirasi, baik itu dari dalam maupun luar negeri. Di antaranya ada Sukanto Tanoto, Robert Budi Hartono, Albert Einstein, dan Nelson Mandela.
Kalau Anda ingin membaca kutipan-kutipan motivasi yang membangkitkan semangat, motto hidup, atau kata-kata lucu juga ada di sini. Mari simak terus PosBagus!