
Pembahasan mengenai orang-orang terkaya di Indonesia memang selalu menarik. Salah satunya yang akan diulik dalam artikel ini adalah Sudono Salim, sang pendiri Salim Group. Jika Anda ingin mengetahui tentangnya, langsung saja ulasan biografi Sudono Salim berikut ini.
- Nama Asli
- Liem Sioe Liong
- Nama Terkenal
- Sudono Salim
- Tempat, Tanggal Lahir
- Tiongkok, 19 Juli 1916
- Meninggal
- Singapura, 10 Juni 2012
- Pekerjaan
- Pengusaha
- Pasangan
- Lie Kim Nio alias Lilani
- Anak
- Albert Salim, Andre Salim, Anthony Salim, Mira Salim
Anda mungkin mengenal Hartono bersaudara sebagai pemilik saham terbanyak BCA. Namun, jangan lupakan sosok pendirinya, yaitu Sudono Salim. Selain sebagai pendiri BCA, ia juga memiliki banyak sekali jaringan bisnis. Karena penasaran dan ingin mengenal sosoknya lebih dekat, maka banyak orang pun mencari biografi Sudono Salim.
Bukan sebuah rahasia lagi kalau keturunan Tionghoa yang tinggal di Indonesia memang dikenal sebagai orang yang ulet dan pandai berbisnis, termasuk Sudono Salim. Umurnya bisa dibilang masih cukup muda saat memutuskan untuk menjadi imigran di Indonesia.
Sudono muda menyusul sang kakak ke Surabaya untuk memulai hidup baru. Awalnya, ia bekerja sebagai pekerja di sebuah pabrik pembuatan tahu. Merasa tidak puas, ia kemudian pindah ke Kudus dan mencoba terjun ke dunia bisnis sebagai pemasok cengkih.
Meskipun usaha cengkihnya sempat bangkrut, tapi ia tidak menyerah begitu saja. Hasilnya bisa Anda lihat sekarang, beberapa perusahaan yang didirikannya seperti Indofood, Bogasari, Indomobil, Indocement sukses dan produknya merajai pasaran. Tidak mengherankan jika dirinya dulu mengisi jajaran orang terkaya di Indonesia.
Apakah sedikit ulasan di atas semakin membuat Anda penasaran dan ingin menyimak lebih lanjut? Kalau begitu, mari baca biografi Sudono Salim selengkapnya di bawah ini!
Latar Belakang Kehidupan Sudono Salim
Salah satu hal yang ingin anda ketahui saat mencari biografi Sudono Salim adalah mengenai latar belakang keluarganya, bukan? Apakah dirinya dulu adalah seorang anak pengusaha atau orang biasa saja? Informasi selengkapnya bisa Anda simak berikut.
1. Datang ke Indonesia
Sudono Salim atau dalam ejaan lama ditulis Soedono Salim merupakan orang Tiongkok asli. Ia lahir dengan nama Liem Sioe Liong pada tanggal 16 Juli 1916 di wilayah Fujian, Tiongkok bagian selatan.
Dulunya, ia hanyalah anak dari seorang petani yang pas-pasan. Hidupnya bisa dikatakan serba kekurangan.
Bahkan, ia harus berhenti sekolah karena tidak punya cukup biaya yang cukup untuk melanjutkan sekolah. Untuk menyambung hidup, dirinya yang kala itu berusia 15 tahun harus berjualan mie keliling di daerah tempat tinggalnya.
Bukannya semakin baik, kehidupan keluarganya semakin buruk akibat Perang Dunia II yang berdampak ke banyak negara. Maka dari itu, ia memutuskan untuk hijrah ke Indonesia menyusul kakak-kakaknya, yaitu Liem Ke Lok dan Zhen Xusheng yang sudah terlebih dahulu berada di tanah air.
Dengan menaiki kapal layar, Liem harus menempuh perjalanan yang cukup panjang untuk bisa tiba di Indonesia pada tahun 1939. Pada awalnya, dirinya transit terlebih dahulu di Surabaya sebelum dijemput oleh kedua kakaknya yang berada di Kudus.
Dikarenakan transportasi pada zaman itu masih sulit, ia pun harus menunggu dijemput. Selama empat hari, dirinya lontang-lantung bagai gelandangan di kota tersebut sendirian.
Setelah itu, Liem diajak sang kakak ke Kudus. Di sana, ia bekerja sebagai pegawai di sebuah pabrik pengolahan kerupuk dan tahu.
Baca juga: Biografi Rasuna Said, Wanita Pertama yang Terjerat Hukum Speek Delict Belanda
2. Menikah
Ketika sedang mencari ulasan profil pengusaha, Anda mungkin jarang sekali menemukan kisah cintanya diulik. Terlebih, pengusaha yang sudah wara-wiri masuk ke jajaran orang terkaya di Indonesia. Namun, tidak demikian dengan Sudono Salim yang cerita cintanya bisa Anda baca di ulasan biografi ini.
Tidak lama setelah pindah ke Indonesia, Liem bertemu dengan seorang wanita bernama Lie Kim Nio atau Lilani. Tak disangka, kecantikannya membuat Liem jatuh hati.
Sayangnya, kisah cinta kedua sejoli ini awalnya tidak berjalan mulus. Hal tersebut lantaran orang tua Lilani tidak setuju jika anaknya menikah dengan seorang China Totok. Untuk Anda yang belum tahu, China Totok dulu digunakan untuk menyebut orang berdarah Tiongkok asli yang baru saja datang ke Indonesia.
Liem sempat melamar Lilani, tapi ditolak oleh orang tuanya. Akan tetapi, bukannya membuat putus asa, hal tersebut malah membuatnya semakin gigih memperjuangkan wanita pujaannya ini.
Melihat perjuangannya, lama-kelamaan orang tua Lilani luluh. Mereka menerima pinangan Liem dengan syarat anak perempuannya tidak boleh dibawa ke Tiongkok.
Liem tentu saja menyanggupi syarat tersebut. Tak lama kemudian, keduanya pun menikah. Orang tua Lilani mengadakan pesta pernikahan mewah selama berhari-hari untuk merayakan hari bahagia putrinya itu. Maklum, mereka memang tergolong orang yang berada pada masa itu.
Dari pernikahan tersebut, keduanya dianugerahi empat orang anak, tiga laki-laki dan satu perempuan. Adapun keempat anaknya itu adalah Albert Salim, Andre Salim, Anthony Salim, dan Mira Salim.
Selama menjalani rumah tangga, Lilani tidak pernah ikut campur dengan bisnis yang dilakukan oleh suaminya. Bahkan, dirinya jarang menghadiri acara atau perayaan bisnis. Hal itu dikarenakan ia juga lebih suka di rumah dan mengurus anak-anak.
Baca juga: Biografi Andrew Darwis, Pendiri Forum KASKUS yang Dikunjungi Jutaan Orang
Cikal Bakal Gurita Bisnis Sudono Salim
Nah melalui uraian di atas, Anda sudah membaca sekilas mengenai latar belakangnya. Selanjutnya, lewat biografi Sudono Salim ini, segala pertanyaan anda mengenai awal mula bagaimana perjuangannya mendirikan usaha akan terjawab di sini. Mari dilanjutkan membacanya!
1. Mulai Merintis Usaha Pemasokan Cengkih
Ada rasa tidak puas dalam diri Lim Sioe Liong hanya menjadi pegawai di sebuah pabrik. Ia mulai mencari-cari peluang untuk berbisnis. Akhirnya, ia menjatuhkan pilihan sebagai pemasok cengkih.
Seperti yang mungkin sudah banyak diketahui, daerah kudus memang banyak didirikan pabrik rokok. Maka dari itu, ia pun mencoba peruntungannya di sini karena melihat pasokan cengkih yang minim. Berbisnis sebagai pemasok cengkih ini pulalah yang membuatnya bisa kenal dengan bisa kenal dengan ayah dari Robert Budi Hartono, Oei Wie Gwan.
Pada awalnya, Liem sempat ragu ingin memulai bisnisnya ini karena keterbatasan dana. Mencoba bisnis cengkih tentu saja membutuhkan modal yang banyak, sementara dirinya hanyalah pegawai biasa.
Keinginannya itu baru bisa diwujudkan setelah dirinya menikah dengan Lilani. Hal itu dikarenakan ia bisa mendapatkan modal yang cukup besar dari ayah mertuanya untuk berbisnis.
Sepertinya keberuntungan berada di pihaknya karena dalam waktu singkat usaha yang dijalani tersebut bisa dibilang cukup sukses. Ia kemudian dikenal sebagai Salim si bandar cengkih. Koneksi yang dimilikinya juga tidak main-main, mulai dari Sumatera hingga Sulawesi ada.
Hebat, ya? Padahal zaman dulu kan teknologi komunikasi belum secanggih sekarang, tapi itu bukan persoalan yang berarti baginya. Nyatanya, ia bisa membesarkan usahanya sampai ke luar Pulau Jawa. Inilah sedikit cerita mengenai awal usaha Sudono Salim yang bisa Anda baca melalui ulasan biografi ini.
Baca juga: Biografi Soepomo, Sang Ahli Hukum Adat yang Ikut Menyusun Undang-Undang Dasar 1945
2. Kenal dengan Soeharto Berkat Memasok Logistik
Yang namanya menjalankan bisnis pasti akan mengalami pasang surut. Lantas, apa yang terjadi dengan bisnis cengkih laki-laki yang akrab disapa Om Liem ini? Simak terus kelanjutannya di biografi Sudono Salim berikut, ya!
Pada tahun 1942, ia mengalami masa-masa yang cukup sulit akibat pendudukan Jepang. Bisnis cengkih yang dirintisnya pun berhenti total. Sebenarnya tidak hanya usahanya saja, tapi hampir semua kegiatan masyarakat terhenti selama tiga tahun ketika dijajah Jepang.
Setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945, Liem memutuskan untuk pindah ke Jakarta dan mencari peluang usaha yang lebih baik. Sesampainya di ibu kota, ia kemudian membangun kembali bisnisnya. Tidak lagi sebagai pemasok cengkih, melainkan sebagai penyedia barang-barang logistik bagi para TNI.
Ia bisa mengembangkan bisnis tersebut karena mengenal seorang perwira logistik yang bernama Sulardi. Sulardi inilah yang mengenalkannya pada Mantan Presiden RI ke-2, Soeharto. Untuk Anda yang belum tahu, Sulardi adalah sepupu dari Soeharto.
Karena sering memasok bahan logistik untuk tentara yang dikomandoni oleh Soeharto tersebut, keduanya menjadi dekat. Sejak saat itu, hubungan pertemanan keduanya pun bisa dibilang sangat akrab selayaknya saudara.
Bahkan, nama Indonesia Liem Sioe Liong, yaitu Soedono Salim dipilihkan langsung oleh Soeharto. Dalam bahasa Jawa, “soe” mempunyai arti baik dan “dono” berarti dana atau uang. Sementara nama Salim diambil darii nama marganya. Sebuah nama yang mempunyai arti cukup bagus mengingat Liem memang dikenal ahli dalam menghasilkan uang.
Ketika Soeharto akhirnya diangkat menjadi Presiden pada tahun 1966, Liem juga ikut mendapat proyek-proyek pemerintah yang tentu saja berdampak baik bagi kemajuan bisnisnya. Tidak tanggung-tanggung, ia pernah mendapatkan proyek impor beras Bulog sebanyak 35.000 ton. Namun, sebelum itu, ia memang sudah terlebih dahulu menjalin kerja sama dengan beberapa anggota keluarga Soeharto seperti Ibnu Widjojo dan Sudwikatmono.
Baca juga: Profil Anindya Bakrie, Penerus Generasi Ketiga Kerajaan Bisnis Bakrie Group
Jaringan Gurita Bisnis Sudono Salim
Tadi Anda sudah menyimak mengenai beberapa usaha yang sudah dijalankannya, kan? Tapi tunggu dulu, ceritanya belum selesai. Selanjutnya lewat biografi Sudono Salim berikut, Anda akan mengetahui perusahaan apa saja yang didirikannya untuk semakin mengokohkan gurita bisnisnya.
1. Mendirikan Bank BCA
Sebelum kecipratan proyek-proyek dari Presiden Soeharto, usaha logistik yang dijalani oleh Sudono Salim sebenarnya sudah cukup sukses. Pada tahun 1950-an, ia bersama seorang karyawan yang sangat dipercayainya, yaitu Mochtar Riady mendirikan Central Bank Asia.
Pada awalnya, ide untuk mendirikan bank tersebut lantaran banyak pelanggannya banyak yang tidak bisa membeli barang secara tunai. Maka dari itu, dirinya berpikiran untuk meringankan pelanggan dengan cara menggunakan sistem kredit.
Lama kelamaan, bisnis perbankan yang dijalaninya ini semakin besar dan sukses. Pada tahun 1960-an, ia kemudian mengganti nama menjadi Bank Central Asia.
Kemudian pada tahun 1997-an, Indonesia mengalami krisis moneter yang berdampak di semua sektor. Sudono Salim pun tidak luput terkena imbasnya.
Karena peristiwa tersebut, dirinya mempunyai hutang lebih dari 52 triliun rupiah. Sehingga, ia terpaksa menjual beberapa perusahaannya untuk membayar hutang tersebut. Salah satunya adalah BCA yang kemudian dibeli oleh Hartono bersaudara.
Baca juga: Biografi Larry Page, Pendiri Google yang Memulai Perusahaannya dari Garasi
2. Berkecimpung di Bisnis Pangan
Bisnis kedua Sudono Salim yang bisa Anda baca pada biografi ini adalah mendirikan PT Bogasari. Perusahaan ini dibangunnya pada tahun 1967 dan bekerja sama dengan Sudwikatmono, Djuhar Sutanto, dan Ibrahim Risjad yang kemudian dikenal sebagai The Geng of Four.
Ide terciptanya perusahaan ini karena melihat masyarakat Indonesia yang tidak bisa jauh-jauh dari nasi dan tepung gandum. Pada awalnya, modal untuk mendirikan Bogasari hanya sebesar 100 juta rupiah.
Beberapa hari kemudian, perusahaan ini mendapatkan izin dari Bulog untuk membangun pabrik di wilayah Indonesia bagian Barat. Tidak hanya itu saja, perusahaan juga mendapatkan dana kredit sebesar 2,8 milyar untuk semakin mengembangkan usaha.
Bukan main keuntungan yang didapatkannya dari usaha ini. Bahkan, produk-produk tepungnya bisa menguasai pasaran Indonesia. Maka dari itu, pundi-pundi uangnya pun makin terisi penuh.
Laki-laki yang pernah menjadi orang terkaya ke-25 di Asia Tenggara pada tahun 2006 ini semakin berjaya setelah mendirikan PT Indofood. Di tahun ini, ia meluncurkan produk olahan tepung terigu berupa mie instan yang kemudian diberi nama Indomie.
Pada awalnya, Indomie hanya memiliki dua varian rasa saja, yaitu sari ayam dan udang. Seiring berjalannya waktu, perusahaan terus melakukan inovasi sehingga terciptalah varian-varian baru yang siap memanjakan lidah penikmatnya.
Dengan harga yang murah, tapi mempunyai rasa yang enak tentu saja membuat masyarakat susah berpaling. Terlebih lagi produk ini menjadi solusi yang praktis untuk perut yang sedang lapar.
Tidak hanya menjadi favorit di dalam negeri saja, kelezatan Indomie sudah terkenal di banyak negara. Bahkan, produk ini ini bisa dibilang sebagai makanan pokok di Nigeria.
Pada tahun 2017, Indomie menjadi satu-satunya produk indonesia yang masuk ke dalam Top 10 Global Brand versi Brand Footprint Kantar World Panel. Selain memasarkan Indomie, Indofood kemudian mengeluarkan berbagai produk makanan dan minuman ringan.
Baca juga: Biografi Yasa Paramita Singgih, Pencetak Omzet Ratusan Juta Rupiah di Usia Muda
3. Bisnis-Bisnis Lain
Apakah dengan kesuksesan tersebut Sudono Salim berhenti mengembangkan perusahaan? Tentu saja tidak. Lantas apa saja perusahaan yang dimilikinya? Selengkapnya bisa Anda baca pada biografi Sudono Salim berikut.
Sebelum Bogasari yang kini di berada di bawah payung PT Indofood sukses, Om Liem sudah melebarkan sayap bisnisnya ke berbagai sektor. Salah satunya adalah perusahaan otomotif yang bergerak di bidang retail, yaitu Indomobil. Perusahaan tersebut didirikannya pada tahun 1967.
Selanjutnya pada tahun 1985, ia menggagas pendirian perusahaan yang diberi nama Indocement. Indocement dulunya merupakan hasil penggabungan dari enam perusahaan-perusahaan semen. Sayangnya, Indocement bernasib sama seperti BCA yang harus dijual untuk menutupi hutang akibat krisis moneter.
Selain berkecimpung di dunia logistik, Sudono Salim juga melirik bisnis dunia hiburan dengan mendirikan saluran TV, Indosiar pada tahun 1995. Pada awalnya, saluran TV ini menayangkan acara-acara yang berbau kebudayaan. Salah satunya adalah pertunjukan wayang.
Setelah hampir satu dekade berada di bawah naungan Salim Group, pada tahun 2004 saluran TV yang berslogan Memang untuk Anda tersebut dijual. Kini perusahaan tersebut diambil alih oleh Surya Citra Media.
Tidak berhenti di situ saja, pria yang pernah menduduki jajaran 10 Orang Terkaya di Indonesia tahun 2006 ini juga merintis bisnis retail dengan mendirikan PT Indomarco. Pada awalnya, perusahaan tersebut hanya membuka sebuah toko di Ancol, Jakarta pada tahun 1988.
Karena terlihat sangat menjanjikan, melalui Indomarco, dirinya mengembangkan bisnis waralaba Indomaret pada tahun 1997. Dan hasilnya, seperti yang Anda lihat sekarang minimarket tersebut banyak ditemukan di Indonesia, bahkan di kota-kota kecil.
Hingga tahun 2019, jumlah gerai yang dimiliki oleh PT Indomarco ini hampir mencapai 17 ribu gerai, lho. Wah…. keren sekali, ya? Kira-kira Anda bisa membayangkan berapa keuntungan yang didapatkan oleh Salim Grup, tidak?
Hengkang dari Indonesia
Pada tahun 1992, kepemimpinan semua perusahaan yang dimilikinya di bawah payung Salim Group diserahkan kepada putranya Anthony Salim dan menantunya Fransiscus Welirang. Sehingga mulai tahun tersebut, dirinya bisa lebih santai.
Sayangnya saat Soeharto lengser pada tahun 1998, dirinya terkena dampaknya. Karena dianggap dekat dengan Soeharto dan isu etnis yang kembali memanas, kediamannya dijarah oleh massa reformasi. Tidak hanya rumahnya yang di Jakarta, tetapi juga yang berada di Medan.
Liem kemudian mengalami trauma yang cukup hebat karena peristiwa tersebut. Maka dari itu, dirinya bersama sang istri kemudian memutuskan untuk pindah ke Singapura. Meskipun demikian, ia sesekali datang ke Indonesia, tapi tidak untuk waktu yang lama.
Laki-laki yang pernah masuk dalam daftar 100 orang terkaya di dunia ini menikmati masa tuanya di Negara Singa selama hampir 15 tahun. Di usianya yang hampir satu abad, tepatnya 96 tahun, ia menghembuskan nafas terakhir pada tangga 10 Juni 2012 dan dimakamkan di negara tersebut.
Kepergian Om Liem tentu saja membuat Lilani merasa sangat sedih dan kehilangan. Empat tahun kemudian, ia menyusul suaminya menghadap Yang Maha Kuasa, yaitu pada tanggal 4 Maret 2016. Ia dimakamkan berdampingan dengan sang suami.
Sudah Puas Membaca Biografi Sudono Salim di Atas?
Demikianlah ulasan mengenai Sudono Salim yang bisa Anda baca pada ulasan biografi ini. Bagaimana? Semoga bisa membuat rasa penasaran Anda akan sosoknya sedikit berkurang, ya!
Melalui kisah perjalanan hidupnya, Anda bisa memetik banyak pelajaran berharga. Salah satunya adalah jangan mudah menyerah pada keadaan. Seperti yang sudah Anda baca, kalau Liem Sioe Liong menyerah menjadi tukang mie keliling dan tidak merantau ke Indonesia, mungkin ia akan selamanya hidup dalam keprihatinan.
Maka dari itu, jika Anda menginginkan perubahan yang lebih baik dalam hidup, maka tidak ada salahnya untuk mengambil risiko. Mungkin memang awalnya tidak akan langsung berhasil, tapi dengan usaha dan kerja keras, suatu hari nanti Anda pasti akan mendapatkannya.
Nah, selain Sudono Salim, Anda bisa menyimak biografi tokoh-tokoh lain yang kisah hidupnya tidak kalah menarik. Tidak hanya berasal dari Indonesia saja, tapi juga luar negeri, lho. Contohnya adalah Putera Sampoerna, Joko Pinurbo, Al Farabi, Larry Page dan masih banyak lagi.
Bagi yang sedang merencanakan untuk berlibur, Anda bisa menyimak rekomendasi tempat wisata yang asyik dan menyenangkan, lho. Beberapa di antaranya wisata yang tersebar di Bogor, Jogja, Jakarta, dan lain-lain.
Jika Anda sedang malas keluar dan ingin berkreasi saja di rumah, bisa mempraktikkan berbagai resep masakan yang sudah dirangkum khusus untuk Anda. Tidak hanya praktis dan mudah, tapi hasilnya juga pasti enak. Mari selalu simak PosBagus!