
Emil Salim adalah seorang pakar yang pernah menjadi menteri selama 20-an tahun. Namanya semakin ramai dibicarakan oleh rakyat Indonesia setelah tampil di acara Mata Najwa dan diperlakukan tidak sopan oleh salah satu bintang tamu. Untuk dapat mengenal sosoknya lebih dekat, simak biodata dan biografi Emil Salim yang kami siapkan di artikel ini.
- Nama
- Emil Salim
- Tempat, Tanggal Lahir
- Lahat, Sumatera Selatan, 8 Juni 1930
- Pasangan
- Roosminnie Roza (m. 1958–sekarang)
- Anak
- Roosdinal Salim, Amelia Farina Salim
- Orang Tua
- Baay Salim (Ayah), Siti Syahzinan (Ibu)
Sejak tampil di acara Mata Najwa pada tanggal 9 Oktober 2019, nama dan biografi Emil Salim semakin dicari dan dibicarakan oleh orang Indonesia. Saat itu, seorang politisi dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan yang bernama Arteria Dahlan nampak arogan membentak dan memotong penjelasan Emil Salim.
Padahal, Emil Salim adalah seseorang yang memiliki peran penting dalam pemerintahan Indonesia sejak tahun 1960-an. Ia juga merupakan pemrakarsa kebijakan lingkungan hidup yang masih terus dijalankan hingga sekarang, yaitu AMDAL.
Banyak sumbangsih yang sudah ia berikan untuk negara, sehingga ia mendapatkan banyak penghargaan seputar lingkungan hidup. Penghargaan tersebut tak hanya dari pemerintah dan organisasi dalam negeri, tapi juga dari luar negeri.
Jadi bagaimana? Semakin penasaran dengan sosok sang pakar ekonomi dan lingkungan hidup yang satu ini? Tanpa menunggu lama, langsung simak biodata dan biografi Emil Salim yang sudah kami siapkan di artikel ini!
Kehidupan Pribadi
Sumber: Instagram – museumangkut
Informasi pertama yang perlu Anda ketahui di biodata dan biografi Emil Salim ini adalah seputar kehidupan pribadinya. Mulai dari orang tua, pendidikan yang pernah ia ambil, hingga pernikahannya.
1. Latar Belakang Keluarga
Emil Salim lahir di Lahat, Sumatera Selatan pada tanggal 8 Juni 1930. Putra dari pasangan Baay Salim dan Siti Syahzinan ini merupakan keponakan dari Pahlawan Nasional Indonesia, Haji Agus Salim.
Ia merupakan anak keenam dari tujuh bersaudara. Nama saudara-saudaranya adalah Hery Salim, Corry Salim, Ferdy Salim, Darry Salim, Toety Salim, dan Thaufick Salim.
Ketika masih kecil, Emil Salim bersama keluarganya pindah ke Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Alasannya karena saat itu sang ayah ditugaskan ke sana. Ketika Perang Dunia II terjadi, mereka kembali pindah ke Lahat.
Kedua orang tuanya memberikan pengaruh yang sangat besar dalam kehidupannya. Ibu Emil Salim memberikan landasan agama Islam yang kuat, sementara ayahnya mengajarkan tentang ilmu logika.
Sang ayah juga selalu mendorongnya untuk menjadi yang terbaik dalam setiap bidang yang digelutinya. “Kalau masuk perkumpulan usahakan menjadi pemimpinnya. Kalau jadi dosen jadilah guru besar. Kalau pegawai negeri jadilah menteri. Bukan untuk mendapat jabatan, tapi untuk mengukur kemampuanmu yang tertinggi,” begitulah kata bijak dari ayah Emil Salim.
Ucapan tersebut juga bukan sekadar pesan kosong belaka. Sang ayah juga memberikan contoh dengan menjadi Walikota Palembang pada masa revolusi.
Dengan pesan yang selalu diajarkan oleh sang ayah, Emil Salim dan saudara-saudaranya pun tumbuh menjadi orang-orang yang memiliki jabatan penting di pekerjaan masing-masing. Hery memiliki pangkat Letnan Kolonel di TNI, Corry menjadi polisi, dan Ferdy menjadi Duta Besar Indonesia untuk Argentina, Mesir, dan Brunei Darussalam.
Kemudian kakak keempatnya, Darry mewakili Indonesia dalam perundingan perdagangan di Jenewa. Sementara itu, adik bungsunya Thaufick menjadi Duta Besar Indonesia untuk Tanzania.
Baca juga: Biografi John Riady, Pemegang Tonggak Kepemimpinan Lippo Karawaci
2. Pendidikan yang Ditempuh
Pendidikan pertama Emil Salim adalah taman kanak-kanak Frobelschool pada tahun 1935. Setelah lulus, ia melanjutkan ke sekolah dasar berbahasa Belanda, Europesche Lagere School (ELS) Banjarmasin. Pada tahun 1940, keluarganya pindah ke Lahat dan Emil lanjut bersekolah di ELS Lahat hingga tahun 1942.
Setelah lulus, keluarganya harus pindah ke Palembang. Emil kemudian bersekolah di Dai Ichi Syo-Gakko di Palembang, Sumatera Selatan hingga tahun 1944.
Tahun 1945, Emil bersekolah di Sekolah Menengah Umum Pertama di Kota Pempek tersebut. Setelah lulus pada tahun 1948, ia pindah ke Bogor, Jawa Barat dan melanjutkan sekolah di SMAN 1.
Pada tahun 1951 hingga 1958, Emil menempuh pendidikannya di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Kemudian pada tahun 1959 hingga 1964, ia mendapatkan beasiswa dari Ford Foundation untuk melanjutkan pendidikannya ke Department of Economics di University of California, Berkeley, Amerika Serikat. Ia lulus dengan gelar Master of Arts pada tahun 1962 dan gelar Ph.D. pada tahun 1964 dengan disertasi berjudul Institutional Structure and Economic Development.
3. Menikah dan Berkeluarga
Sumber: Instagram – karinasalim
Pada tanggal 26 September 1958, setelah lulus dari Universitas Indonesia, Emil Salim memperistri Roosminnie Roza. Gadis yang biasa dipanggil Minnie itu merupakan putri bungsu seorang dokter hewan dan guru besar dari Kota Gadang, Dr. Muhammad Roza.
Emil dan Minnie sebenarnya masih memiliki hubungan darah. Ayah Minnie adalah saudara sepupu dari ibu Emil.
Pertemuan pertama mereka terjadi saat mereka masih muda. Waktu itu, Emil yang baru saja lulus dari Sekolah Menengah Pertama datang ke rumah Minnie di Bogor. Niatnya, Emil hendak melanjutkan sekolah di Bogor dan tinggal di rumah keluarga Minnie.
Namun, saat itu keduanya masih jarang bertemu karena wanita kelahiran 12 Januari 1934 itu melanjutkan sekolah di Jakarta dan hanya pulang ke Bogor seminggu sekali. Meskipun begitu, dalam wawancaranya dengan penulis Eka Budianta, Minnie menyatakan kalau ia dan Emil sudah menjadi kekasih sejak tahun 1950.
Setelah berpacaran selama delapan tahun, mereka berencana melangsungkan pernikahan bertepatan dengan ulang tahun Emil pada tanggal 8 Juni 1958. Namun, karena saat itu Emil tengah sakit, pernikahan itu pun diundur hingga 26 September 1958.
Setelah menikah, Minnie selalu memperkenalkan dirinya sebagai Ny. Emil Salim. Barulah ketika ditanya siapa namanya sendiri, ia menjawab Roosminnie Salim.
Dari pernikahan tersebut, keduanya dikaruniai seorang anak laki-laki dan perempuan, yaitu Roosdinal Salim dan Amelia Farina Salim. Dari putra dan putrinya itu, mereka memiliki empat cucu dan satu cicit.
Baca juga: Biografi Anthony Salim, Bos Mie Instan di Jajaran Orang Terkaya di Indonesia
Riwayat Pekerjaan
Sumber: Instagram – ianmariereborn
Setelah mengetahui tentang kehidupan pribadinya, hal yang perlu Anda ketahui selanjutnya dalam biodata dan biografi ini adalah seputar jabatan-jabatan yang pernah didapatkan Emil Salim. Karena seperti pesan yang diberikan ayahnya, Emil selalu melakukan pekerjaannya sebaik mungkin hingga sering mendapatkan jabatan tinggi.
1. Jabatan di Pemerintahan
Setelah menyelesaikan studinya di Amerika Serikat dan kembali ke Indonesia, Emil Salim diangkat oleh Presiden Soeharto sebagai Tim Penasihat Ekonomi Presiden. Dengan jabatannya itu, ia menjadi salah satu peletak dasar ekonomi pada Orde Baru.
Pada tahun 1967, ia bergabung sebagai anggota Tim Penasihat Menteri Tenaga Kerja dan anggota Tim Teknis Badan Stabilitas Ekonomi. Satu tahun selanjutnya, ia dipercaya sebagai Deputi Ketua Bappenas. Kinerjanya yang baik membuat Emil mulai dikenal sebagai ahli ekonomi pembangunan.
Bersama Widjojo Nitisastro, Mohammad Sadli, Soebroto, dan Ali Wardhana, ia juga membuat Repelita (Rencana Pembangunan Lima Tahun). Repelita kemudian menjadi acuan segala kebijakan dan arah pembangunan pemerintah.
Saat mereka tengah menyusun Repelita, Indonesia sedang memasuki masa transisi dari Orde Lama ke Orde Baru. Mereka berusaha untuk mengembalikan ekonomi yang tengah kacau, ruwet, dan inflasi tinggi supaya kembali normal.
Pada tahun 1971, Emil mulai mendapatkan kepercayaan untuk menjadi menteri. Beberapa di antaranya adalah Menteri Negara Penyempurnaan dan Pembersihan Aparatur Negara merangkap Wakil Kepala Bappenas (1971–1973), dan Menteri Perhubungan (1973–1978). Kemudian ia juga pernah menjabat sebagai Menteri Negara Urusan Kependudukan dan Lingkungan Hidup (1978–1983), dan Menteri Negara Pengawasan Pembangunan dan Lingkungan Hidup (1983–1993).
Bisa dikatakan, Emil Salim adalah yang membentuk Kementrian Lingkungan Hidup dari nol. Beberapa kebijakan dan aturan seputar pengelolaan alam dan sumber daya alam yang lahir dari tangannya masih berlaku hingga sekarang, contohnya adalah AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan).
Pada tahun 1999, ia diangkat menjadi Ketua Dewan Ekonomi Nasional oleh Presiden Abdurrahman Wahid. Jabatan tersebut kembali ia dapatkan pada tahun 2004 di bawah kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Pada periode pemerintahan Presiden SBY yang kedua, Emil diangkat menjadi Ketua Dewan Pertimbangan Presiden.
Baca juga: Biografi Siti Oetari, Istri Pertama Soekarno yang Ternyata Nenek Maia Estianty
2. Jabatan di Luar Pemerintahan
Sumber: Instagram – danishanum
Selain memiliki jabatan di pemerintahan, Emil Salim juga bekerja di luar pemerintahan. Tak hanya itu, ia cukup aktif di beberapa organisasi sejak masih muda.
Beberapa jabatan yang pernah dipegangnya adalah Ketua Tentara Pelajar Palembang (1946–1949), Ketua IPPI Bogor (1949), Ketua Dewan Mahasiswa Universitas Indonesia (1955–1957), dan Ketua Tim Screening UNDP (1999). Kemudian dalam Konferensi PBB tentang Perubahan Iklim di Bali pada tanggal 3–14 Desember 2017, ia menjabat sebagai Ketua Delegasi Indonesia.
Karena telah menjadi Menteri Lingkungan Hidup selama 15 tahun, Emil semakin sering aktif dalam segala hal yang berkaitan dengan lingkungan hidup. Pada tahun 1994, ia mendirikan Yayasan Keanekaragaman Hayati (Yayasan KEHATI) bersama kolega-koleganya, Koesnadi Hardjasoemantri, Ismid Hadad, Erna Witoelar, M.S. Kismadi, dan Nono Anwar Makarim. Organisasi non-pemerintah tersebut bergerak di bidang pelestarian lingkungan.
Pada sebuah wawancara yang dilakukannya dengan Eka Budianta, Emil menyatakan ada sebuah pekerjaan yang paling ia cintai dan akan selalu ia lakukan hingga akhir hayatnya, yaitu menjadi dosen Universitas Indonesia. Bahkan, pada tahun 1983, ia mendapatkan kehormatan ditunjuk sebagai Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (FEUI).
Baca juga: Biografi Sudono Salim, Pengusaha Taipan yang Dekat dengan Soeharto
Hasil Karya
Sumber: goodreads
Hal selanjutnya yang perlu Anda ketahui dalam biodata dan biografi Emil Salim ini adalah karya-karya tulisnya. Meskipun ia lulusan ekonomi dan dikenal sebagai ahli ekonomi pembangunan, tidak semua karyanya membahas tentang bidang tersebut.
Beberapa karyanya yang membahas tentang ekonomi adalah Perencanaan Pembangunan dan Pemerataan Pendapatan (1974) dan Masalah Pembangunan Ekonomi Indonesia (1976). Sementara itu, Lingkungan Hidup dan Pembangunan (1981) dan Ratusan Bangsa Merusak Satu Bumi (2010) membahas tentang lingkungan hidup.
Selain itu, ia juga sempat membuat beberapa artikel seputar bidang-bidang yang dikuasainya. Artikel-artikel tersebut kemudian dibukukan dengan judul Collection of Writings dan Kembali ke Jalan Lurus.
Pada ulang tahunnya yang ke-70, 67 orang kerabat dan sahabatnya membuat tulisan tentang kisah hidup Emil Salim kemudian mengumpulkannya jadi satu. Kumpulan tulisan tersebut kemudian diterbitkan dengan judul 70 Tahun Emil Salim: Revolusi Berhenti Hari Minggu (2000).
Baca juga: Biografi Andrew Darwis, Pendiri Forum KASKUS yang Dikunjungi Jutaan Orang
Penghargaan yang Pernah Diraih
Sumber: Wikimedia Commons
Terakhir, pada biografi dan biodata ini Anda bisa mengetahui seputar penghargaan-penghargaan yang pernah diraih oleh Emil Salim. Tak hanya penghargaan dari dalam negeri, tapi juga luar negeri.
Pada tahun 1973, penghargaan pertama yang didapatkannya adalah Bintang Mahaputera Adipradana. Penghargaan tersebut merupakan tanda kehormatan tertinggi diberikan pada mereka yang berjasa dalam kemajuan, kesejahteraan, dan kebesaran bangsa juga negara.
Pada tahun 1990, ia mendapatkan penghargaan J. Paul Getty Award for Corservation Leadership. Penghargaan tersebut diberikan pada Emil atas upayanya dalam meningkatkan kepedulian rakyat Indonesia akan lingkungan.
Enam belas tahun kemudian, ia mendapatkan dua penghargaan dalam bidang lingkungan hidup. Yaitu Zayed International Prize for the Environment dari pemerintah Uni Emirat Arab dan Blue Planet Prize ke-15 dari The Asahi Glass Foundation.
Melalui Yayasan Keaneragaman Hayati Indonesia yang didirikan, pada tahun 2012 Emil Salim meraih penghargaan The Leader for the Living Planet Award dari World Wildlife Fund (WWF).
Pada tahun 2017, ia mendapatkan penghargaan Wirakarya Adhitama dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI). Penghargaan tersebut diberikan atas jasa dan pengabdian Emil Salim yang tiada henti untuk fakultas, serta bagi bangsa dan negara.
Baca juga: Biografi Putera Sampoerna, Sang Penggagas Kretek Rendah Tar & Nikotin
Nilai-Nilai yang Didapatkan dari Biodata dan Biografi Emil Salim
Sudah puas membaca biografi dan biodata Emil Salim dalam artikel ini? Setelah membacanya, kira-kira nilai apakah yang bisa Anda dapatkan?
Sejak masih muda, Emil Salim selalu diajarkan oleh ayahnya agar selalu melakukan segala sesuatu dengan sebaik mungkin. Bahkan kalau bisa, ia berusaha untuk mendapatkan jabatan yang tinggi atau menjadi pemimpin.
Tujuan menjadi pemimpin itu bukanlah untuk menjadi semena-mena, tapi untuk mengukur kemampuan diri sendiri, apakah sudah bertambah ilmunya atau belum. Pesan tersebut bisa Anda jadikan motivasi dan pegangan hidup untuk diteruskan pada anak cucu.
Kalau masih ingin mencari biografi dan biodata tokoh-tokoh lainnya yang juga bisa menginspirasi seperti halnya Emil Salim, cek artikel-artikel di kanal Tokoh PosBagus.com ini. Anda bisa mendapatkan biografi-biografi para tokoh ternama baik dari dalam atau luar negeri, contohnya adalah Bong Chandra, Al Farabi, Ernest Douwes Dekker, dan masih banyak lagi.