• Skip to primary navigation
  • Skip to main content
  • Skip to primary sidebar

PosBagus

PosBagus Tagline

  • Facebook
  • Twitter
  • Whatsapp
  • Line
  • Arti Nama
  • Inspirasi
  • Tokoh
  • Lucu
  • Wisata
  • Kuliner
  • Wanita
» Tokoh

Biografi Ratna Sari Dewi Soekarno, Istri Ke-5 Soekarno yang Cantik dan Cerdas

Bagikan:
  • Facebook
  • Twitter
  • Whatsapp
  • Line
Biografi Ratna Sari Dewi Soekarno - Naoko Nemoto
Sumber: Instagram - m_krmgt

Mungkin hampir semua rakyat Indonesia pernah mendengar tentang istri Presiden Soekarno yang berasal dari Jepang. Namun, tak semua tahu mengenai lika-liku kehidupannya. Nah, jika Anda penasaran, simak saja kisah hidupnya dalam biografi Ratna Sari Dewi Soekarno ini!

Nama Asli
Naoko Nemoto
Nama Terkenal
Ratna Sari Dewi Soekarno
Tempat, Tanggal Lahir
Tokyo, 6 Februari 1960
Warga Negara
Indonesia
Pasangan
Soekarno
Anak
Kartika Sari Dewi Soekarno

Soekarno atau yang sering dijuluki Bung Karno adalah presiden pertama Republik Indonesia yang dikenal memiliki banyak istri. Nah, dari keseluruhan istrinya, ada satu sosok wanita asal Jepang bernama Ratna Sari Dewi Soekarno yang kisah hidupnya tersaji dalam biografi ini.

Dewi adalah satu-satunya istri Bung Karno yang berkebangsaan asing karena delapan istri lainnya adalah wanita Indonesia. Meski demikian, rasa cinta antara Ratna Sari Dewi dan Bung Karno tampaknya tak kalah besar dibanding istri sang proklamator yang lain.

Bagaimana tidak, saking cintanya, sampai-sampai presiden pertama Indonesia tersebut meminta dikuburkan di liang makam yang sama dengan Ratna Sari Dewi jika telah sama-sama meninggal. Begitu juga dengan Dewi, ia tak menikah lagi setelah ditinggal meninggal Bung Karno. Padahal saat itu usianya masih sangat muda.

Nah, setelah membaca ulasan singkat tentang istri ke-5 Presiden Soekarno di atas, apakah Anda jadi makin tertarik membaca artikel ini? Jika ya, langsung saja simak biografi Ratna Sari Dewi Soekarno berikut!

Kehidupan Pribadi

Biografi Naoko Nemoto - Ratna dan Kartika Sumber: Instagram – senjagelapku

Siapa sebenarnya istri Presiden Pertama Republik Indonesia yang kerap dipanggil Dewi Soekarno ini? Bagaimana ceritanya wanita asal Jepang tersebut bisa bertemu sang proklamator? Ini dia kisah lengkapnya dalam biografi Ratna Sari Dewi Soekarno.

1. Latar Belakang

Ratna Sari Dewi Soekarno memiliki nama asli Naoko Nemoto (根本七保子). Ia lahir pada tanggal 6 Februari 1940 di Tokyo, Kekaisaran Jepang, dalam keluarga yang kehidupan ekonominya kurang baik.

Ayah Naoko bekerja sebagai tukang bangunan sehingga ia memutuskan untuk bekerja sebagai pramuniaga di perusahaan asuransi jiwa Chiyoda demi membantu perekonomian keluarga. Saat berusia 15 tahun, ia mendapat kesempatan ikut bermain dalam sebuah film sebagai pemeran figuran.

Meski merupakan peran kecil, ia yakin bahwa keterlibatannya dalam film tersebut adalah awal dari kesuksesannya di dunia hiburan. Oleh sebab itu, ia lebih memilih fokus menjalani kariernya dan berhenti sekolah.

Ia memutuskan berhenti mengenyam pendidikan saat berada di jenjang SMA karena ingin memberikan kesempatan sekolah pada saudara laki-lakinya. Naoko sadar bahwa ayahnya tak cukup mampu untuk menyekolahkan dirinya dan saudaranya di jenjang sekolah tinggi bersama-sama.

Ketika cita-citanya untuk sukses di dunia hiburan belum terwujud, ia justru harus berduka karena ayahnya yang menjadi tulang punggung keluarga meninggal dunia. Sejak saat itu, ia harus bekerja lebih keras menggantikan ayahnya mencari nafkah untuk menghidupi keluarga dan menopang biaya pendidikan saudaranya.

2. Bertemu dengan Soekarno

Pada tanggal 16 Juni 1959, Naoko diundang oleh temannya untuk menghadiri pesta minum teh di Hotel Imperial, Tokyo. Saat itulah ia bertemu dengan Soekarno yang menjabat sebagai presiden Republik Indonesia.

Saat pertama kali melihat Soekarno, Naoko merasa bahwa Bapak Proklamator tersebut memiliki karisma yang luar biasa. Menurutnya, Soekarno juga sosok yang baik hati dan sangat perhatian.

Selain memiliki kepribadian yang baik, luasnya pengetahuan Soekarno tentang Jepang juga berhasil membuat Naoko kagum. Ditambah lagi, Soekarno juga menguasai beberapa bahasa asing.

Namun, dalam sebuah wawancara di TV swasta Indonesia, Naoko membantah bahwa ia jatuh cinta pada pandangan pertama pada Soekarno. Saat itu, ia masih dalam tahap mengagumi ciptaan Tuhan yang luar biasa.

Baca juga: Biografi Moh Yamin, Tokoh Penting di Balik Lahirnya Sumpah Pemuda dan Pancasila

3. Menikah dengan Soekarno

Rasa kagum Naoko terhadap Soekarno mulai tumbuh menjadi cinta karena mereka sering bertemu. Ya, ketika itu Soekarno kerap bolak-balik Indonesia–Jepang karena harus menyelesaikan masalah ganti rugi perang.

Suatu hari, Naoko diundang oleh Soekarno untuk mengunjungi Indonesia selama dua pekan. Naoko pun setuju untuk datang ke Indonesia dalam rangka menimbang-nimbang perasaannya mengenai masa depan hubungan cintanya dengan Soekarno.

Untuk bertandang ke Indonesia, ia harus melalui perjalanan panjang karena belum ada rute pesawat Jepang yang langsung ke Indonesia. Dari Tokyo, ia transit dulu di Hongkong. Kemudian Bangkok, Singapura, barulah setelah itu bisa tiba di Indonesia.

Sesampainya di Indonesia, Naoko diajak Soekarno berkunjung ke Istana Tampaksiring yang ada di Pulau Dewata. Di sanalah Soekarno melamar Naoko dengan mengatakan, “Jadilah inspirasi hidupku, jadilah teman hidupku, bahagiakanlah hidupku.”

Berada di titik itu, Naoko pun yakin untuk menjalani biduk rumah tangga dengan Soekarno. Meski ibunya keberatan atas keputusan tersebut, ia yang memiliki watak keras tetap yakin ingin menikah dengan Soekarno. Dengan tata cara Islam, Naoko yang masih berusia 19 tahun akhirnya dinikahi Soekarno yang berusia 58 tahun di Jakarta.

Naoko mengakui bahwa awalnya hidup di Indonesia bukanlah perkara mudah. Enam bulan pertama ia hanya makan sedikit karena tak terbiasa dengan masakan Indonesia. Budaya, bahasa, dan suhu di Indonesia juga membuatnya harus beradaptasi.

Namun, mengingat karakternya yang tangguh, ia bisa segera menyesuaikan diri. Bahkan, lama-kelamaan ia malah lebih menyukai masakan Indonesia dibanding masakan Jepang.

4. Kehilangan Ibu dan Saudaranya

Seperti orang Jepang kebanyakan, Naoko Nemoto menganut agama Shinto. Shinto merupakan perpaduan antara paham animisme dengan pemujaan terhadap gejala-gejala alam.

Naoko menikah dengan Soekarno dengan tata cara Islam sehingga secara otomatis, ia juga berpindah keyakinan menjadi Islam. Ibunya yang mendengar pernikahan sang putri kabarnya langsung syok dan jatuh sakit. Tak lama setelah itu, ibunda Naoko wafat.

Sama seperti ibunya, saudara laki-laki Naoko juga syok saat mendengar perihal pernikahan Naoko. Merasa malu karena Naoko menjadi istri kelima dari presiden sebuah negara miskin, saudara laki-laki Naoko memilih untuk bunuh diri.

4. Memiliki Satu Putri

Pascamenikah dengan Soekarno, Naoko Nemoto yang kita bahas dalam biografi ini kemudian diberi nama Ratna Sari Dewi Soekarno. Ia juga dihadiahi rumah besar yang terletak di Jalan Gatot Subroto, Jakarta Selatan oleh Soekarno.

Untuk menghibur hati Ratna yang telah kehilangan saudara dan ibunya, rumah hadiah dari Soekarno tersebut dijuluki Wisma Yaso. Ya, Yaso adalah nama saudara laki-lakinya yang tewas bunuh diri.

Meski setelah menikahinya Soekarno masih menikahi empat wanita lagi, Ratna bisa dibilang merupakan istri kesayangan sang proklamator. Ratna sering kali dibawa Soekarno untuk menghadiri acara-acara resmi kenegaraan.

Tujuh tahun setelah menikah dengan Soekarno, tepatnya pada tahun 1966, Ratna Sari Dewi mengandung seorang anak perempuan. Sayangnya, di masa kehamilannya, terjadi kekisruhan politik di Indonesia yang diawali peristiwa G30S PKI 1965. Soekarno yang dianggap memihak PKI kemudian diawasi ketat oleh Angkatan Darat.

Karena situasi yang kian tak menentu, Soekarno meminta Ratna untuk kembali ke Jepang dan melahirkan putri mereka di sana. Akhirnya, pada 7 Maret 1967, lahirlah putri cantik Ratna dan Soekarno di Keiko University Hospital Tokyo yang diberi nama Kartika Sari Dewi Soekarno.

Baca juga: Biografi Laksamana Malahayati, Pahlawan Perempuan dari Aceh yang Menghabisi Cornelis de Houtman

Ditemui Soeharto secara Diam-Diam

Sebagai istri seorang presiden, tampaknya wajar saja jika Dewi turut terlibat dalam kekisruhan politik yang saat itu sedang membara. Ingin tahu kisah lengkapnya? Berikut rangkumannya dalam biografi Ratna Sari Dewi Soekarno.

Setelah terjadinya peristiwa pembunuhan para jenderal Angkatan Darat yang begitu mengejutkan rakyat Indonesia, Bung Karno selaku presiden menggelar rapat yang disiarkan di TVRI. Dewi yang menontonnya dari Wisma Yaso merasa was-was karena di televisi, Bung Karno terlihat tertawa, merokok, dan menyebut peristiwa tersebut sebagai riak-riak kecil di tengah lautan. Ia takut jika rakyat salah paham dengan sikap suaminya.

Untuk menenangkan Dewi, Bung Karno mengirimkan surat yang meminta sang istri tenang. Bung Karno berpendapat bahwa tawa yang ditunjukkan adalah untuk membuat rakyat Indonesia tenang. Namun, firasat Dewi benar, tak berapa lama setelah itu, muncul desas-desus yang mengatakan bahwa Bung Karno terlibat dalam G30S PKI.

Beberapa bulan kemudian, tepatnya pada tanggal 11 Maret 1966, Bung Karno menandatangani Supersemar. Sejak saat itu, bisa dibilang kekuasaan Bung Karno di Indonesia sudah berakhir. Namun, Dewi belum sadar bahwa penandatanganan Supersemar membuat pengaruh suaminya redup dan pengaruh Soeharto semakin menancap kuat.

Ia menyadari bahwa suaminya sudah jatuh saat diajak bertemu oleh Soeharto secara diam-diam di sebuah lapangan golf yang terletak di Rawamangun. Dalam keterangan yang dimuat dalam buku Jenderal Yoga : Loyalis di Balik Layar, di pertemuan tersebut, Soeharto memberi tiga pilihan pada Dewi atas nasib sang suami.

Pertama, pergi ke luar negeri untuk beristirahat tanpa ada urusan politik di Indonesia. Kedua, tetap di Indonesia tapi sebagai presiden yang tak lagi punya wewenang alias sebutan saja. Ketiga, Soekarno mengundurkan diri secara total sebagai presiden. Namun, Soeharto menganjurkan Dewi memilih pilihan pertama dan tinggal di Jepang atau Mekah bersama Bung Karno.

Diminta Soekarno Pergi ke Paris

Biografi Ratna Sari Dewi Soekarno - Naoko Nemoto dan Soekarno Sumber: Instagram – barbieindoworld

Banyak yang berpendapat bahwa Dewi bukanlah orang yang setia karena meninggalkan Bung Karno di saat sulit. Padahal sebenarnya Bung Karno-lah yang meminta Dewi menyelamatkan diri. Seperti apa kisahnya? Tetap simak biografi Ratna Sari Dewi Soekarno ini.

Pada sidang MPRS yang dilaksanakan pada 22 Juni 1966, pidato pembelaan Bung Karno yang bertajuk Nawaksara ditolak. Kemudian tanggal 7 Maret 1967, MPRS meresmikan Soeharto sebagai pejabat presiden.

Setelah itu, Soeharto mengimbau pada Bung Karno untuk meninggalkan Istana Negara sebelum tanggal 17 Agustus 1967. Oleh karenanya, Bung Karno meminta Dewi untuk pergi ke Paris bersama Kartika Sari Dewi demi keselamatan mereka berdua.

Bung Karno yang keluar dari Istana Negara dengan hanya menggunakan kaos oblong dan membawa gulungan koran berisi bendera pusaka kemudian ditempatkan di paviliun Istana Bogor. Namun, karena merasa tidak nyaman, ia meminta pindah ke rumah peristirahatan di Batu Tulis, Bogor.

Di Batu Tulis, Bung Karno juga tidak betah karena hampir setiap hari diinterogasi. Oleh sebab itu, kemudian sahabat dan keluarga Bung Karno meminta izin pada Soeharto agar Bung Karno diperbolehkan tinggal di Wisma Yaso supaya bisa merasa nyaman seperti berada di rumah sendiri.

Meski sudah dipindah ke Wisma Yaso, Bung Karno tetap terkungkung dalam kesendirian karena dijaga ketat oleh militer. Bahkan keluarga Bung Karno pun harus mendapat izin dari Soeharto jika ingin menemui sang proklamator.

Ratna Sari Dewi yang begitu mencintai suaminya pun kembali ke Indonesia selama beberapa kali untuk menemui Bung Karno. Namun, ia harus menelan kecewa karena tak diizinkan bertemu sang suami.

Baca juga: Biografi HOS Cokroaminoto, Pemimpin Sarekat Islam yang Dijuluki Raja Jawa Tanpa Mahkota

Melayangkan Surat Protes pada Soeharto

Hubungan antara Soekarno dan Ratna Sari Dewi, wanita yang kisahnya dibahas dalam biografi ini, memang begitu istimewa. Sebelum menikah, Dewi sempat berniat bunuh diri karena ditinggalkan Bung Karno secara tiba-tiba.

Usut punya usut, Bung Karno pergi tanpa pamit karena dibujuk orang-orang kepercayaannya. Mereka khawatir hubungan dengan Dewi yang merupakan orang Jepang bisa digunakan untuk menjatuhkan sang proklamator.

Setelah mengetahui perasaan Dewi yang begitu dalam, tidak ada lagi yang bisa menghalangi hubungan kasih mereka berdua. Bahkan, Bung Karno pernah menulis surat cinta pada Dewi yang menyatakan keinginannya dikuburkan satu liang dengan Dewi jika telah sama-sama meninggal.

Mengingat perjalanan cinta yang begitu luar biasa antara Dewi dan Bung Karno tersebut, wajar saja jika Dewi marah pada pemerintahan Orde Baru yang dianggapnya telah berlaku kejam pada sang suami. Dikenal memiliki watak yang keras dan berani, Dewi pernah menulis surat terbuka untuk Soeharto pada tanggal 16 April 1970. Berikut cuplikan isi surat tersebut.

“Tuan Soeharto, Bung Karno itu saya tahu benar-benar sangat mencintai Indonesia dan rakyatnya. Sebagai bukti bahwa meskipun ada lawannya yang berkali-kali meneror beliau, beliau pun masih mau memberikan pengampunan kalau yang bersangkutan itu mau mengakui kesalahannya.
 
Dibanding dengan Bung Karno, maka ternyata di balik senyuman Tuan itu, Tuan mempunyai hati yang kejam. Tuan telah membiarkan rakyat, yaitu orang-orang PKI dibantai. Kalau saya boleh bertanya, apakah Tuan tidak mampu dan tidak mungkin mencegahnya dan melindungi mereka agar tidak terjadi pertumpahan darah?”

Pertemuan Terakhir dengan Soekarno

Meski tak bisa berada di sisi suaminya saat sang proklamator diasingkan, Dewi adalah orang yang tampaknya ditunggu Bung Karno sebelum menghembuskan napas terakhir. Buktinya, beberapa jam setelah bertemu Dewi dan Kartika, kondisi Bung Karno berangsur melemah hingga akhirnya meninggal. Berikut kisahnya dalam biografi Ratna Sari Dewi Soekarno ini.

Pada 11 Juni 1970, Bung Karno dibawa ke RSPAD Gatot Subroto karena kondisi tubuhnya yang semakin memburuk. Meski sedang sakit, tetap saja Soeharto memerintahkan ruang rawat Bung Karno dijaga ketat oleh militer yang membawa persenjataan lengkap.

Tanggal 20 Juni 1970, Bung Karno kedatangan tamu istimewa, yaitu Ratna Sari Dewi dan anak mereka, Kartika. Ya, setelah sekian lama dilarang bertemu, akhirnya Dewi bisa menemui Soekarno dengan membawa putrinya yang saat itu berusia 3 tahun.

Menjelang tengah malam pada 20 Juni 1970, Bung Karno koma. Keesokan harinya, pada tanggal 21 Juni 1970, Dewi harus kehilangan suami yang dicintainya untuk selama-lamanya.

Bung Karno disemayamkan di Wisma Yaso. Saat itu, Dewi dan Hartini yang merupakan istri keempat Bung Karno, meminta pada Soeharto agar Bung Karno boleh dimakamkan di Batu Tulis. Namun, Soeharto tak mengabulkan permintaan tersebut dan memerintahkan agar bapak proklamator tersebut dimakamkan di Blitar.

Baca juga: Biografi Nyi Ageng Serang, Pahlawan Wanita dari Grobogan yang Merupakan Ahli Strategi Perang

Sepak Terjang Sepeninggal Soekarno

Biografi Ratna Sari Dewi Soekarno - Naoko Nemoto Sosialita Sumber: Instagram – ndl.retrofeeds

Sepeninggal Bung Karno, Dewi tinggal di Paris dan baru kembali ke Jakarta pada 1983. Namun, tahun 2008 ia memutuskan untuk menetap di Shibuya, Tokyo. Sebenarnya bagaimana sepak terjang wanita asal Jepang ini setelah suaminya wafat? Ini dia kisahnya dalam biografi Ratna Sari Dewi Soekarno.

1. Menyebut Soekarno Dibunuh secara Perlahan

Naoko Nemoto alias Ratna Sari Dewi Soekarno pernah menyatakan kecurigaannya di depan para wartawan perihal kematian sang suami. Menurutnya, kematian Soekarno memang diatur oleh penguasa Orde Baru agar pelaksanaan Pemilu 1971 tidak terkendala. Karena ada dua orang yang berpengaruh, yaitu Soekarno dan Soeharto, Soekarno dijatuhkan agar Soeharto bisa melenggang ke kursi presiden.

Ia juga mengatakan bahwa Soeharto sengaja mengisolasi Soekarno agar bapak proklamator tersebut stres dan kondisi kesehatannya semakin menurun dari waktu ke waktu. Pendapat ini juga diperkuat dengan kenyataan bahwa Soeharto mengganti dokter pribadi Soekarno dengan dokter-dokter baru yang belum mengetahui riwayat penyakit Soekarno.

2. Menuding CIA Terlibat dalam Kejatuhan Soekarno

Tahun 1960-an, politik internasional terpecah menjadi dua kubu, yaitu Amerika Serikat yang mewakili Blok Barat dan Uni Soviet yang mewakili Blok Timur. Posisi Indonesia yang sangat strategis dengan kekayaan alam yang luar biasa membuat bangsa yang saat itu baru saja merdeka memiliki nilai lebih di mata Amerika Serikat maupun Uni Soviet.

Takut keduluan Uni Soviet dalam menancapkan pengaruhnya di Indonesia, Amerika pun melakukan berbagai upaya untuk mengendalikan Indonesia, termasuk dengan iming-iming bantuan ekonomi. Namun, Bung Karno tak sudi dikendalikan oleh bangsa asing.

Menurut Dewi, kebencian Amerika terhadap Soekarno semakin memuncak karena suaminya menolak permintaan Amerika yang ingin memiliki pangkalan militer di Indonesia. Padahal saat itu, negara-negara seperti Korea Selatan, Jepang, Taiwan, Thailand, dan lain-lain, telah mengizinkan Amerika Serikat mendirikan pangkalan militer di daerah mereka.

Oleh sebab itu, Amerika melakukan berbagai upaya untuk melengserkan Bung Karno. Belakangan, dalam wawancara bersama The Japan Times tahun 2008, Dewi mengungkapkan 10 lembar dokumen yang membuktikan bahwa kejatuhan Bung Karno merupakan hasil campur tangan CIA (badan intelejen Amerika Serikat).

Bahkan dalam wawancara itu pula, ia mengatakan bahwa Amerika pernah merencanakan pembunuhan terhadap Bung Karno sebanyak lima kali. Namun, upaya-upaya tersebut gagal sehingga diaturlah perkara PKI untuk menjatuhkan sang proklamator.

Baca juga: Biografi Abdul Haris Nasution, Jenderal Angkatan Darat yang ‘Disingkirkan’ Soeharto

3. Memukul Wajah Cucu Mantan Presiden Filipina

Dewi bukan hanya bermodalkan wajah cantik, melainkan juga otak yang cerdas. Jadi, tak heran jika sepeninggal Bung Karno ia sering bergaul dengan orang-orang kelas atas dari berbagai negara. Tapi selain prestasi, Dewi juga pernah mendapat masalah serius. Inilah ulasan lengkapnya dalam biografi Ratna Sari Dewi Soekarno.

Dewi awalnya berteman dengan Maria Victoria Osmena, cucu presiden keempat Filipina, Sergio Osmena. Namun, Victoria merasa iri dan kesal pada Dewi yang belakangan lebih terkenal daripada dirinya.

Pada bulan Agustus 1991, dalam pesta pembukaan vila mewah di Ibiza, Spanyol, Victoria Osmena selalu menguntit Dewi dan melontarkan kalimat hinaan yang menyakitkan. Menurut kesaksian Massimo Gargia, seorang pengusaha sukses asal Italia, Victoria Osmena mengejek Dewi dengan menyebutnya wanita penggoda dan tak pernah dinikahi Bung Karno.

Tak hanya itu, wanita yang kerap dipanggil Minnie tersebut juga menuduh Dewi sebenarnya telah berusia 60 tahun. Dewi melakukan berbagai prosedur kecantikan agar terlihat muda. Ia juga mengejek Dewi yang tubuhnya memang mungil. Saat berada di Ibiza, Dewi masih bisa menahan amarahnya dan memilih pergi bersama Gargia.

Tak berapa lama kemudian, Dewi dan Minnie kembali dipertemukan dalam sebuah pesta di Aspen, Colorado, Amerika Serikat. Lagi-lagi mereka bertengkar karena Dewi kabarnya mengungkit cita-cita Minnie yang ingin jadi Wakil Presiden Filipina.

Setelah perang kata-kata, akhirnya Dewi memukul Minnie dengan gelas anggur. Akibatnya, Minnie yang saat itu berusia 43 tahun harus mendapatkan 37 jahitan untuk luka di kelopak mata, dahi, dan pipi.

Sementara itu, Dewi yang melakukan penyerangan harus merasakan tinggal di penjara California selama 37 hari. Tak hanya itu, ia juga dituntut ganti rugi sebanyak 10 juta dolar oleh Minnie.

Namun, bukan Ratna Sari Dewi Soekarno namanya jika hanya diam saja saat merasa ditindas. Melalui pengacaranya, ia menuntut balik Minnie dengan tuduhan memfitnah, menyerang, dan menghinanya.

4. Berpose Bugil di Buku Madame de Syuga

Setelah membuat geger dengan kasus penyerangannya terhadap Maria Victoria Osmena, lagi-lagi Dewi membuat publik heboh dengan penampilannya di buku Madame de Syuga. Bukan penampilan biasa, dalam buku yang terbit di Jepang tersebut, Dewi menampilkan sejumlah pose yang mempertontonkan dadanya.

Tak hanya itu, dalam beberapa foto, ia juga tampil dengan dada dipenuhi tato. Oleh karenanya, banyak publik Tanah Air yang berpendapat bahwa wanita yang juga kerap dipanggil Dewi Fujin (Ibu Dewi) ini telah mencemarkan nama baik Bung Karno.

Namun, ia membela diri dengan mengatakan bahwa foto-fotonya hanyalah hasil karya seni yang menunjukkan bahwa perempuan dengan usia hampir setengah abad masih memiliki tubuh yang indah.

Baca juga: Biografi Bob Sadino, Sosok Pengusaha Nyentrik yang Selalu Memakai Baju Lengan Pendek dan Celana Pendek

Pelajaran yang bisa Diambil dari Biografi Ratna Sari Dewi Soekarno

Itu tadi adalah profil dan biografi Ratna Sari Dewi Soekarno yang telah kami rangkum secara lengkap, mulai dari kisahnya dengan sang proklamator hingga sepak terjangnya setelah menjanda. Apakah Anda sudah merasa puas dengan sajian di atas?

Ada banyak pelajaran yang bisa diambil dengan membaca biografi Ratna Sari Dewi Soekarno ini. Salah satunya, Anda mungkin jadi paham bahwa terkadang untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik, Anda hanya perlu keberanian dan tekad yang lebih kuat dibandingkan orang lain.

Nah, jika Anda ingin mendapatkan inspirasi dari biografi tokoh-tokoh selain Ratna Sari Dewi Soekarno, terus simak PosBagus.com. Selain tentang tokoh, ada juga informasi menarik lain, seperti tentang wisata, kuliner, dan kutipan-kutipan yang romantis maupun yang menggelitik.

← Biografi Larry Page, Pendiri Google yang Memulai Perusahaannya dari Garasi
Biografi Pangeran Antasari, Pahlawan yang Berusaha Mengusir Belanda dari Banjar →

TIM DALAM ARTIKEL INI

Penulis
Mentari Aprellia

Mentari Aprellia, S.I.Kom adalah alumni Universitas Terbuka jurusan Ilmu Komunikasi dengan beasiswa penuh. Meski mampu membuat tulisan feature maupun hard news, penulis kurang suka membuat karya fiksi karena selalu bingung mengakhiri cerita. Penulis yang merupakan penggemar film horor, tapi penakut ini pernah magang sebagai wartawan lapangan di Koran Solopos, pernah bekerja sebagai guru TK, guru les privat, dan tukang desain gambar.

Editor
Nurul Aprilianti

Meski memiliki latar belakang pendidikan Sarjana Pertanian dari Institut Pertanian Bogor, wanita ini tak ragu "nyemplung" di dunia tulis-menulis. Sebelum berkarier sebagai Editor dan Content Writer di Praktis Media, ia pun pernah mengenyam pengalaman di berbagai penjuru dunia maya.

Sidebar Utama

Artikel Terkait

Artikel Tokoh Top

  • Biografi Edwin Soeryadjaya, Anak Konglomerat Pendiri ASTRA International

  • Biografi Axton Salim, Pewaris Takhta Salim Group Generasi Ketiga

  • Biografi Prof Salim Said, Panelis ILC Mantan Dubes RI Berprestasi

  • Biodata dan Biografi Emil Salim, Mantan Menteri Lingkungan Hidup pada Orde Baru

  • Biografi John Riady, Pemegang Tonggak Kepemimpinan Lippo Karawaci

  • Biografi Andrie Wongso, Motivator yang Tak Lulus SD

  • Biografi Anthony Salim, Bos Mie Instan di Jajaran Orang Terkaya di Indonesia

  • Biografi Siti Oetari, Istri Pertama Soekarno yang Ternyata Nenek Maia Estianty

  • Biografi Sudono Salim, Pengusaha Taipan yang Dekat dengan Soeharto

  • Biografi Andrew Darwis, Pendiri Forum KASKUS yang Dikunjungi Jutaan Orang

  • Tentang Kami
  • Hubungi Kami
  • Persyaratan Penggunaan
  • Kebijakan Privasi

Copyright © 2023 PosBagus.com Praktis Media Network. All Rights Reserved.