• Skip to primary navigation
  • Skip to main content
  • Skip to primary sidebar

PosBagus

PosBagus Tagline

  • Facebook
  • Twitter
  • Whatsapp
  • Line
  • Arti Nama
  • Inspirasi
  • Tokoh
  • Lucu
  • Wisata
  • Kuliner
  • Wanita
» Tokoh

Biografi Laksamana Malahayati, Pahlawan Perempuan dari Aceh yang Menghabisi Cornelis de Houtman

Bagikan:
  • Facebook
  • Twitter
  • Whatsapp
  • Line
Biografi Laksamana Malahayati - Keumalahayati
Sumber: Wikimedia Commons

Pernah membaca tentang kisah pemimpin ekspedisi pertama Belanda yang bernama Cornelis de Houtman di buku Sejarah? Ternyata pria tersebut tewas di tangan pahlawan wanita asal Indonesia, lho. Penasaran dengan cerita lengkapnya? Simak biografi Laksamana Malahayati ini sampai selesai, ya!

Profil Laksamana Malahayati
Nama Asli
Keumalahayati
Meninggal
1606
Warga Negara
Indonesia
Orangtua
Mahmud Syah (Ayah)

Jika ditanya tentang pahlawan wanita dari Aceh, kebanyakan orang akan langsung menjawab Cut Nyak Dien. Padahal, selain Cut Nyak Dien, ada juga tokoh pahlawan wanita bernama Laksamana Malahayati yang kisah hidupnya tersaji di biografi ini.

Malahayati merupakan sosok laksamana atau panglima angkatan laut pertama di dunia. Selama menjabat sebagai panglima perang Aceh, ia telah menorehkan banyak prestasi, salah satunya adalah berhasil membunuh Cornelis de Houtman.

Tak main-main, Laksamana Malahayati bahkan berhasil menghabisi pemimpin ekspedisi pertama Belanda ke wilayah nusantara tersebut dalam pertarungan satu lawan satu. Terbayang betapa tangguhnya pahlawan wanita yang satu ini, bukan?

Nah, setelah membaca ulasan singkat di atas, apakah Anda semakin tertarik menyimak biografi Laksamana Malahayati ini? Jika ya, tak perlu berlama-lama lagi, berikut uraian lengkapnya untuk Anda.

Kehidupan Pribadi

Untuk lebih mengenali pribadi Laksamana Malahayati, ada baiknya jika kita bahas dahulu mengenai latar belakang keluarga, pendidikan, hingga kisah asmaranya dalam biografi bagian pertama ini.

1. Latar Belakang Keluarga

Malahayati memiliki nama lengkap Keumalahayati. Ayahnya bernama Laksamana Mahmud Syah, seorang panglima angkatan laut Kerajaan Aceh Darussalam. Kakek dari pihak ayahnya adalah Laksamana Said Syah yang juga menjabat sebagai panglima angkatan laut Kerajaan Aceh Darussalam.

Buyutnya adalah Sultan Salahuddin Syah, raja yang memerintah Kerajaan Aceh Darussalam sekitar tahun 1530–1539. Sedangkan ayah dari buyutnya adalah Sultan Ibrahim Ali Mughayat Syah, pendiri Kerajaan Aceh Darussalam yang berkuasa sekitar tahun 1513–1530. Jadi, Keumalahayati merupakan wanita bangsawan keturunan raja yang di dalam darahnya telah mengalir semangat sebagai laksamana perang.

Baca juga: Biografi HOS Cokroaminoto, Pemimpin Sarekat Islam yang Dijuluki Raja Jawa Tanpa Mahkota

2. Pendidikan dan Kisah Asmara

Keumalahayati pernah mengenyam pendidikan di Akademi Militer Mahad Baitul Maqdis. Tak tanggung-tanggung, ia juga berhasil merampungkan pendidikannya dan menjadi salah satu lulusan terbaik.

Tak hanya mendapatkan ilmu, saat belajar di Mahad Baitul Maqdis atau Pusat Pendidikan Tentara Aceh, ia juga berjumpa dengan sosok senior yang menjadi pujaan hatinya. Setelah ia lulus dan kekasih hatinya telah menjadi panglima protokol istana, mereka pun akhirnya menikah.

Rasa cinta yang besar antara Keumalahayati dan suaminya tak menghalangi mereka untuk turut berperang demi mempertahankan keamanan dan ketentraman Kerajaan Aceh Darussalam dari serangan bangsa asing.

Sebagai panglima protokol istana, suami Keumalahayati telah terlibat dalam banyak perang. Sayangnya, ketika melawan Portugis di Teluk Haru, sang suami gugur di medan perang bersama sekitar 1.000 orang prajurit lainnya sehingga meninggalkan Keumalahayati yang kemudian menjadi seorang janda.

Baca juga: Biografi Nyi Ageng Serang, Pahlawan Wanita dari Grobogan yang Merupakan Ahli Strategi Perang

Memimpin Inong Balee

Biografi Laksamana Keumalahayati - Inong Balee Sumber: Turkinesia

Mungkin banyak orang yang akan terlarut dalam kesedihan ketika ditinggalkan orang yang dicinta. Namun, hal tersebut tak berlaku untuk Laksamana Malahayati. Berikut kisah sepak terjangnya setelah ditinggalkan sang suami tercinta untuk selamanya.

Sekitar tahun 1585, Malahayati dipercaya oleh Sultan Saidil Mukammil Alauddin Riayat Syah IV untuk menjabat sebagai Kepala Barisan Pengawal Istana Panglima Rahasia dan Panglima Protokol Pemerintah.

Ia juga memimpin armada yang dijuluki Inong Balee atau yang dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai Perempuan Janda. Disebut demikian karena para anggotanya terdiri dari janda-janda yang suaminya telah gugur di medan perang.

Pangkalannya berada di Teluk Lamreh, Krueng Raya. Tak main-main, Armada Inong Balee memiliki 100 buah kapal yang masing-masing berkapasitas ratusan orang. Masing-masing kapal juga sudah dilengkapi dengan meriam. Bahkan, kapal yang paling besar memiliki lima meriam.

Selain mempersiapkan kapal perang, armada yang dipimpin Malahayati ini juga memiliki benteng dan menara pengawas di atas bukit yang letaknya tak jauh dari pangkalan militernya.

Malahayati adalah sosok yang sukses memimpin Inong Balee. Terbukti, anggota yang hanya berjumlah 1.000 orang saat awal didirikannya armada, bisa bertambah menjadi 2.000 orang. Yang tertarik bergabung pun tak hanya wanita janda, banyak juga wanita muda yang dengan gagah berani ikut terjung ke medan perang. Berkat keberhasilannya dalam meminpin Inong Balee, kariernya terus menanjak hingga mampu menduduki jabatan tertinggi di Angkatan Laut Kerajaan Aceh

Baca juga: Biografi Bob Sadino, Sosok Pengusaha Nyentrik yang Selalu Memakai Baju Lengan Pendek dan Celana Pendek

Berhasil Menewaskan Pemimpin Armada Belanda

Pernah mendengar nama Cornelis de Houtman? Ya, tokoh asal Belanda tersebut seringkali disebut namanya dalam buku Sejarah. Namun, tahukah Anda bahwa ternyata ia tewas di tangan seorang wanita? Nah, ini dia kisahnya dalam biografi Laksamana Malahayati.

Pada tanggal 27 Juni 1596, kapal ekspedisi Belanda yang dipimpin Cornelis de Houtman tiba di Banten. Namun, karena mereka bertabiat kasar, Sultan Banten bersama beberapa petugas Portugis mengusir Belanda. Rombongan Cornelis kemudian melanjutkan perjalanan dan mendarat di Madura. Namun, lagi-lagi mereka diusir karena menyebabkan seorang pangeran terbunuh.

Lalu mereka berlayar kembali dan mendarat di Bali. Di sana, mereka akhirnya mendapatkan beberapa pot merica. Setelah puas menjelajahi nusantara, mereka bermaksud kembali ke Belanda dan mampir di Aceh.

Pada awalnya, kedatangan mereka disambut baik oleh rakyat dan pihak Kesultanan Aceh Darussalam. Namun, akibat provokasi dari orang-orang Portugis dan sikap orang-orang Belanda yang kasar, hubungan Aceh dan Belanda jadi memanas.

Cornelis yang menyadari bahwa situasi semakin buruk kemudian menyiapkan armadanya untuk menghadapi peperangan. Dan benar saja, pada tanggal 11 September 1599, Sultan Alauddin memerintahkan Laksamana Malahayati untuk menyerang kapal Belanda di Selat Malaka.

Ketangguhan dan kegigihan pasukan Inong Balee membuat armada Cornelis kewalahan. Di tengah situasi kacau itu, Laksamana Malahayati berhasil naik ke kapal Belanda dan bertarung satu lawan satu dengan Cornelis. Dengan senjata yang ada di tangannya, Laksamana Malahayati berhasil menikam Cornelis hingga tewas.

Sementara itu, Pangeran Maurits yang saat itu memimpin Belanda, berupaya memperbaiki hubungan dengan Aceh. Ia lalu berinisiatif untuk mengadakan perundingan hingga akhirnya tercapailah sejumlah persetujuan yang disepakati bersama.

Membuat Ratu Elizabeth I Segan

Reputasi Keumalahayati tak hanya terdengar gaungnya di bumi nusantara. Bahkan, Ratu Elizabeth I, sang penguasa daratan Inggris pun segan padanya. Berikut rangkuman ceritanya di biografi Laksamana Malahayati ini.

Ratu Elizabeth I adalah orang yang memimpin Kerajaan Inggris pada tahun 1558 sampai 1603. Karena waktu itu banyak penjelajah Eropa yang berlayar ke negeri timur, berita kehebatan seorang laksamana wanita di sebuah kerajaan bernama Aceh Darussalam pun membuatnya tercengang.

Ia kemudian memikirkan siasat yang tepat untuk melewati Selat Malaka tanpa mendapatkan hambatan yang berarti. Ya, saat itu Inggris ingin membuka pos dagang di Banten yang tentunya harus melewati Selat Malaka.

Sang ratu berpikir bahwa perang bukanlah pilihan yang bagus. Ia tidak mau membuang waktu untuk peperangan yang pastinya akan merugikan kedua belah pihak, baik kerugian materi maupun korban jiwa. Oleh karenanya, ia pun memilih untuk mengambil jalan damai.

Ratu Elizabeth I lalu mengutus James Lancaster untuk membawa surat yang ditujukan pada sultan Kerajaan Aceh Darussalam agar bersedia membuka jalur perdagangan untuk Inggris.

Baca juga: Biografi Frans Kaisiepo, Pahlawan Nasional di Lembar Uang 10.000 yang Menyatukan Papua dengan Indonesia

Akhir Hayat Laksamana Malahayati

Biografi Laksamana Malahayati - Makam Keumalahayati Sumber: Website Resmi Disbudpar Aceh

Tibalah di akhir kisah hidup Laksamana Malahayati dalam biografi ini. Selama kurang lebih sembilan tahun, Malahayati berhasil memimpin pasukan Inong Balee dengan hasil yang gemilang. Bagaimana tidak, ia bisa menangani berbagai ancaman asing yang hendak merongrong ketenteraman Kesultanan Aceh Darussalam.

Namun, akhirnya Laksamana Malahayati harus gugur saat melawan pasukan Portugis di Selat Malaka pada tahun 1606. Ia kemudian dimakamkan di bukit Krueng Raya, Aceh Besar. Hingga saat ini, makamnya masih sering dikunjungi oleh para peziarah.

Dinobatkan sebagai Pahlawan Nasional

Sejarah Laksamana Malahayati dibahas dalam forum diskusi yang digelar di Sentul, Bogor pada Rabu, 17 Mei 2017. Dalam forum diskusi yang bertajuk “Laksamana Malahayati dalam Rangka Penguatan Jati Diri sebagai Bangsa” itu, sejumlah tokoh menyayangkan banyak orang yang tak mengetahui sosok Malahayati. Bahkan, ketika pejuang lain sudah mendapat gelar pahlawan, sosok panglima angkatan laut asal Aceh ini belum mendapatkan gelar serupa.

Oleh karenanya, Pocut Hasrindah Syahrul yang menjabat sebagai Dewan Pakar Silaturahmi Keraton se-Nusantara mengusulkan agar Laksamana Malahayati dinobatkan sebagai pahlawan nasional dan dicantumkan kisahnya di buku-buku sejarah.

Menjawab keresahan dari tokoh-tokoh yang hadir di forum diskusi tersebut, Presiden Joko Widodo melalui Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 115/TK/Tahun 2017 tanggal 6 November 2017 kemudian menobatkan Laksamana Malahayati sebagai pahlawan nasional.

Baca juga: Biografi Abdul Haris Nasution, Jenderal Angkatan Darat yang ‘Disingkirkan’ Soeharto

Dikenang sebagai Nama Tempat dan Organisasi

Biografi Laksamana Keumalahayati - Pelabuhan Malahayati Sumber: Pelindo 1 Indonesia

Sebagai laksamana wanita pertama di dunia, nama Laksamana Malahati banyak digunakan sebagai nama tempat maupun organisasi di Indonesia. Pertama, ada pelabuhan di Teluk Krueng Raya, Aceh Besar yang dinamakan Pelabuhan Malahayati.

Kedua, kapal perang jenis perusak kawal berpeluru kendali kelas Fatahillah milik TNI Angkatan Laut diberi nama KRI Malahayati. Kemudian, ada juga sebuah perguruan tinggi di Bandar Lampung yang dinamakan Universitas Malahayati, dan masih banyak lagi.

Baca juga: Biografi Sultan Ageng Tirtayasa, Pahlawan Nasional Asal Banten yang Dikudeta Putranya Sendiri

Pelajaran yang bisa Dipetik dari Biografi Laksamana Malahayati

Itu tadi adalah biografi Laksamana Hayati yang menyajikan kisah perjalanan hidup sang panglima angkatan laut wanita asal Aceh yang tangguh dan berani. Apakah Anda sudah puas dengan informasi di atas?

Ada berbagai hikmah yang bisa diambil dari biografi Laksamana Malahayati ini. Salah satu di antaranya, Anda jadi memahami bahwa seorang wanita pun bisa menjadi sosok yang begitu tangguh.

Jadi, untuk Anda para wanita yang membaca artikel ini, jangan mudah menyerah apabila ada masalah yang datang menghantam. Sedangkan untuk pembaca laki-laki, pahamilah bahwa wanita bukan hanya makhluk yang lemah. Dibalik air matanya yang sering menetes, sebenarnya wanita adalah makhluk yang sangat kuat.

Nah, jika kamu ingin mendapat motivasi dengan membaca biografi tokoh-tokoh terkenal selain Laksamana Malahayati, simak saja di PosBagus.com. Tak hanya tentang tokoh, di sini Anda juga bisa mendapatkan beragam informasi menarik, seperti tentang kuliner, wisata, cerita lucu, dan masih banyak lagi.

← Biografi Rudy Salim, Pengusaha Muda Lulusan SMA yang Jadi Juragan Supercar
Biografi Sapardi Djoko Damono, Sang Pujangga Modern dari Solo →

TIM DALAM ARTIKEL INI

Penulis
Mentari Aprellia

Mentari Aprellia, S.I.Kom adalah alumni Universitas Terbuka jurusan Ilmu Komunikasi dengan beasiswa penuh. Meski mampu membuat tulisan feature maupun hard news, penulis kurang suka membuat karya fiksi karena selalu bingung mengakhiri cerita. Penulis yang merupakan penggemar film horor, tapi penakut ini pernah magang sebagai wartawan lapangan di Koran Solopos, pernah bekerja sebagai guru TK, guru les privat, dan tukang desain gambar.

Editor
Elsa Dewinta

Elsa Dewinta adalah seorang editor di Praktis Media. Wanita yang memiliki passion di dunia content writing ini merupakan lulusan Universitas Sebelas Maret jurusan Public Relations. Baginya, menulis bukanlah bakat, seseorang bisa menjadi penulis hebat karena terbiasa dan mau belajar.

Sidebar Utama

Artikel Terkait

Artikel Tokoh Top

  • Biografi Edwin Soeryadjaya, Anak Konglomerat Pendiri ASTRA International

  • Biografi Axton Salim, Pewaris Takhta Salim Group Generasi Ketiga

  • Biografi Prof Salim Said, Panelis ILC Mantan Dubes RI Berprestasi

  • Biodata dan Biografi Emil Salim, Mantan Menteri Lingkungan Hidup pada Orde Baru

  • Biografi John Riady, Pemegang Tonggak Kepemimpinan Lippo Karawaci

  • Biografi Andrie Wongso, Motivator yang Tak Lulus SD

  • Biografi Anthony Salim, Bos Mie Instan di Jajaran Orang Terkaya di Indonesia

  • Biografi Siti Oetari, Istri Pertama Soekarno yang Ternyata Nenek Maia Estianty

  • Biografi Sudono Salim, Pengusaha Taipan yang Dekat dengan Soeharto

  • Biografi Andrew Darwis, Pendiri Forum KASKUS yang Dikunjungi Jutaan Orang

  • Tentang Kami
  • Hubungi Kami
  • Persyaratan Penggunaan
  • Kebijakan Privasi

Copyright © 2023 PosBagus.com Praktis Media Network. All Rights Reserved.